Persembahyangan yang Mulai Ditinggalkan?
Oleh: Wisnu Budiarto
Tahun Baru Imlek memilki sejarah yang sangat bervariatif. Mulai dari memang penanggalan ataupun masuknya musim semi dan menandai musim bercocok tanam akan tiba.Di dalam kepercayaan dan agama orang Tionghoa, terdapat macam-macam persembahyangan yang seharusnya dilakukan dan juga sebagai wujud mewarisi budaya dan tradisi.
Berbagai persembahyangan yang sebenarnya seharusnya masih dijalankan sebagai rasa bakti dan mempersiapkan diri di tahun baru, seringkali lewat begitu saja seperti angina yang berhembus tanpa kita menghiraukannya, terlebih di kalangan generasi muda.
Berbagai persembahyangan yang dilaksanakan dalam serangkaian penyambutan Tahun Baru Imlek memiliki tujuan agar kita umat Tridharma selalu ingat atas jasa-jasa leluhur dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menjaga tali silaturahmi dengan kerabat dan saudara, dan juga sebagai sarana melatih diri baik dalam spiritual maupun emosional kita. Berbagai persembahyangan yang dilaksanakan meliputi :
Bwee Gee
Bwee Gee memiliki arti bulan akhir, akhir bulan, atau penghujung tahun. Bwee Gee jatuh pada setiap tanggal 16 bulan 12 tiap tahunnya. Hari Bwee Gee adalah hari dimana orang tionghoa bersembahyang mengucap syukur dan membuat sembahyang tutup tahun. Mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Hok Tek Ceng Sin sebagai dewa bumi yang memberikan rejeki. Di hari Bwee Gee, merupakan juga hari untuk mengunci tahun, dimana segala kesalahan yang diperbuat bertekad untuk tidak diulangi di tahun berikutnya.
Sang Sin
Terdapat seorang dewa/malaikat yang bertugas mencatat kebaikan dan keburukan setiap manusia yang ada di dunia. Beliau adalah Cao Kun Kong atau dengan memiliki gelar Su Bing Cau Kun, masyarakat awam seringkali menyebutnya Dewa/Tapekong Dapur. Tiap seminggu sebelum tahun baru Imlek, tepatnya pada tanggal 24 bulan 12, umat Tridharma akan melakukan persembahyangan untuk menghantar Cau Kun Kong menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjadi tolak ukur rejeki dan berkah yang didapat seorang manusia di tahun yang akan datang. Berbagai mitos mengenai sembahyang ini yang harus menggunakan manisan, madu dsb yang bertujuan untuk nantinya Cau Kun Kong akan melaporkan yang baik-baik atau manis-manis saja adalah hal yang sangat tidak benar. Mengenai sesaji yang digunakan sudah sepatutnya kembali kepada norma kesopanan dan tentunya sesuai dengan kantong pribadi dan ketulusan hati.
Sembahyang Leluhur
Rasa puji dan syukur kepada orang tua, leluhur sendiri, harus dilaksanakan dalam bakti dengan mengadakan persembahyangan. Hal ini bertujuan untuk terus mengingat siapa saja leluhur kita dan sebagai ekspresi rasa bakti dari seorang anak kepada orang tua atau leluhur yang sudah meninggal. Sembahyang ini dilaksanakan H-1 Tahun baru Imlek. Hal ini juga menjadikan sebagai reuni keluarga yang biasanya pada malam harinya akan melaksanakan makan malam keluarga di malam tahun baru.
Sembahyang Tie Sik
Sembahyang Tie Sik atau yang lebih dikenal dengan sembahyang pisah sambut tahun adalah dimana umat Tridharma berdoa pada saat detik-detik pergantian Tahun Imlek. Sembahyang ini dilakukan bisa sendiri maupun bersama keluarga terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan Para Sin Beng untuk mempersiapkan diri di tahun yang baru. Seharusnya, sembahyang ini dilaksanakan di rumah sendiri menghadap ke langit dan dilanjutkan ke altar para sin beng (jika ada) baik sendiri maupun bersama keluarga. Sembahyang pisah sambut memiliki makna bahwa apapun yang terjadi di tahun berikutnya, pribadi bersama keluarga akan tetap bersatu dengan bimbingan Thian dan Sam Kauw Seng Jin serta Para Sin Beng sekalian.
Thao Gee
Jika tadi terdapat Bwee Gee untuk mengucap syukur dan menutup tahun, terdapat Thao Gee yang merupakan kebalikan dari Bwee Gee. Thao Gee ini merupakan kesempatan bagi umat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Hok Tek Ceng Sin dan juga Ngo Lo Cai Sen (Dewa Rejeki 5 Penjuru) untuk rejeki, keselamatan, kesejahteraan, dll. Bagi umat Tridharma Sulawesi Utara, sembahyang ini juga mereka sebut sebagai Sembahyang Toapekong Dagang, karena memang berkaitan dengan rejeki setiap umat selama setahun nantinya. Sembahyang Thao Gee dilakukan pada tangal 2 bulan 1 Imlek, atau satu hari setelah tahun baru imlek.
Cie Sin
Jika tadi terdapat Sang Sin, maka ada Cie Sin untuk menyambut datangnya lagi Cau Kun Kong yang baru saja melapor kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sembahyang cie sin dilaksanakan pada tanggal 4 bulan 1 Imlek.
Sembahyang Keng Thi Kong
Sembahyang ini merupakan persembayangan yang paling besar dan paling penting dalam menyambut tahun baru imlek. Setiap tanggal 9 bulan 1 imlek, umat Tridharma sudah sepatutnya melaksanakan sembahyang yang dikhususkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan meja altar setinggi 180 – 200 cm (atau menyesuaikan keadaan), sesaji-sesaji yang dipilih terbaik sebagai wujud rasa syukur dan puja bakti terhadap Thian. Buah-buahan, kue, manisan asinan, merupakan simbol dari doa yang ada dan juga ada teh dan arak yang merupakan perlambang dari Yin dan Yang (dingn dan panas) yang seluruhnya merupakan memiliki makna terdapat doa agar keluarga harmonis, banyak rejeki, dihindarkan dari segala bencana, dan juga sebagai pengingat bagi kita bahwa di kehidupan ini terdapat Yin Yang yang melambangkan keseimbangan dalam kehidupan.
Goan Siao / Cap Go Meh
Pada hari ke 15 di bulan 1 Imlek, berbagai daerah memiliki tradisi untuk mengarak atau Kirab dari Para Sin Beng sekalian berkeliling kota menggunakan tandu (kio/kiauw). Terdapat istilah awam bagi kirab ini adalah Gotong Tapekong. Kimsin atau Arca dari Para Sin Beng sekalian diletakkan dalam sebuah tandu / kio yang merupakan kendaraan kuno para pejabat Tiongkok melakukan inspeksi. Jika dihubungkan dengan jaman sekarang, bisa dikatakan, kirab gotong tapekong adalah aksi blusukan dari Para Sin Beng. Blusukan dari pejabat di Indonesia bertujuan untuk inspeksi dan memberikan perbaikan pada hal-hal yang perlu diperbaiki. Sama halnya dengan Kirab Goan Siau, Para Sin Beng melakukan inspeksi dan memberikan berkah kepada masyarakat sekitar dan menyingkirkan unsur negatif menjadi unsur positif.