Tour De Kelenteng Jawa – Bali
Tour De Kelenteng Jawa – Bali.
Setelah keluar masuk, mengunjungi banyak Kelenteng, Bio, TITD di sekitar Jabodetabek, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali saya menemukan satu hal menarik yang mungkin hanya ada di tempat ibadah masyarakat Tionghoa khususnya Tridharma (Sam Kauw/ San Jiao).
Pada dasarnya, orang Tionghoa punya tiga prinsip yang selalu dipegang teguh dalam hidupnya yaitu : Menghormati langit dan bumi, Menghormati para leluhur dan Menghormati para tokoh suci & orang berjasa. Prinsip itulah yang diimplementasikan di Kelenteng sehingga berisi altar Thian Tikong, para Sinbeng, Posat & Kongco Makco.
Orang Tionghoa sendiri sulit untuk dikatakan 100% Buddhis, 100% Tao, 100% Khong Hu Cu. Terlepas dari agama di kolom KTP nya kini tertulis Buddha atau Khong Hu Cu atau walaupun sudah memeluk agama barat pun, ajaran luhur & kebudayaan orang Tionghoa tetap mendarah daging. Ketiga ajaran ini telah melebur menjadi satu filosofi hidup orang Tionghoa yang biasa disebut ilmuwan dan professor barat sebagai Three Teachings / Three Religion / Chinese Religion alias Tridharma. Bagi orang Tridharma praktek agama bukan soal KTP tapi ada di praktek hidup sehari hari.
Lebih tepatnya Tridharma dan Kelenteng adalah folk religion yaitu agama rakyat orang Tionghoa yang turun temurun. Walaupun mungkin kelihatannya orang Tionghoa ini hanya sembahyang cung cung cep, pasang hio, ciam si, bakar kertas, siopweh sebenarnya kegiatan ritual itu memiliki makna filosofi yang begitu besar. Hanya saja, perkembangan jaman & tekanan politik rezim Soeharto membuat banyak orang Tionghoa yang lupa jati diri. Banyak pula orang tua jaman sekarang yang tidak mampu mengedukasi anaknya dengan baik soal ritual persembahyangan yang sebenarnya sarat makna positif.
Prinsip menghormati tokoh suci & orang berjasa ini pula yang membuat ajaran Tridharma selalu melebur dengan kearifan lokal dan budaya lokal masyarakat setempat. Ini yang menarik :
Di foto saya ini, saya berdiri di depan Kelenteng Griya Kongco Dwipayana, Bali. Kelenteng ini bukan hanya menjadi tempat ibadah Tridharma melainkan menjadi tempat ibadah bersama masyarakat Hindu. Karena di Kelenteng ini ada tokoh berjasa dari Bali. Saat saya datang, saya melihat beberapa orang Hindu yang sedang berdoa di depan altar Kongco. Di Kelenteng Ke Mei Lie Grobogan pun umat Kejawen ikut bersembahyang di Kelenteng. Luar biasa..
Di Kelenteng Hok Tek Thong, Parakan, ada Embah Djonggobono. Di Kelenteng Tjo Su Kong, Tanjung Kait ada Embah Rachman & Empe Dato. Di Kelenteng Boen San Bio, Tangerang ada Mbah Eyang Surya Kencana. Ada juga Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Weleri yang altarnya terdapat Barok Skeber (Orang Portugis yangg pernah ada di Indonesia). Di Kelenteng Sewan Tongyan lebih unik lagi, ada altar Prabu Siliwangi, Nyai Roro Kidul & Wali Songo! Perhatikan nama nama mereka, mana yang berasal dari leluhur orang Tionghoa? Mana yang namanya ada di Kitab Tripitaka, Kitab Su Si Ngo Keng & Kitab Tao Te Ching? Nama nama mereka dibuatkan tempat penghormatannya karena mereka berjasa kepada masyarakat setempat. Agar masyarakat ingat & bisa meniru sifat baiknya. Dan prinsip Tridharma & orang Tionghoa yang selalu menghormati orang berjasa inilah yang membuat nama mereka juga diberikan tempat khusus di Kelenteng.
Apakah ini termasuk melenceng? Tidak. Seperti kata Buddha yg mengajarkan kita untuk menghormati yg patut dihormati, begitu pula guru Kong Zi yang mengajarkan kita tau bakti untuk menghormati para leluhur. Prinsip inilah yg dibawa leluhur orang Tionghoa jaman dulu, hingga sampai ke Indonesia dan tokoh tokoh Indonesia setempat pun masuk dengan budaya orang Tionghoa yg bersembahyang ke Kelenteng. Ya memang begitulah Kelenteng, ajarannya menyatu dengan kearifan lokal setempat. Orang Tridharma sendiri ya memang gado gado, campur campur kepercayaannya namun 3 guru besarnya Buddha, Kong Zi & Lao Zi.
Para tokoh suci & berjasa di Kelenteng bukan hanya sekedar tempat minta minta, melainkan juga agar umat bertekad meniru sifat sifat luhur tokoh suci & berjasa itu. Berdoa di depan Makco Kwan Im bertekad meniru sifat welas asih beliau. Berdoa di depan Kongco Kan Kong bertekad meniru sifat kesetiaan beliau.
Agama orang Kelenteng ini adalah agama rakyat, yang mengikuti perkembangan jaman. Kalau jaman dulu, mungkin leluhur kita cukup sembahyang aja. Jaman dulu sebuah pernikahan sah bukanlah karena catatan sipil, melainkan karena sembahyang meja Sam Kai, sama orang tua. Namun jaman kini telah berubah, sekarang agar orang Kelenteng tetap berpegang dengan ajaran leluhur tidak bisa hanya dengan membiarkan umat sembahyang & menunggu po pi peng an dari Kongco Makco. Kelenteng harus punya pembinaan umat, terutama anak muda secara konsisten. Kelenteng harus dibuat secara menarik “packagingnya” agar orang Tionghoa tidak menganggap Kelenteng itu kuno, jadul, klenik, dll.
Aktivis, pengurus Kelenteng harus dapat mengedukasi umat tentang Tridharma secara filosofi, bukan hanya ritual sembahyangnya saja.
Semoga Kelenteng, Bio, Tempat Ibadah Tridharma tetap menjadi tempat pelestarian ajaran leluhur orang Tionghoa yang sarat akan makna. Tugas kita semua, aktivis & pengurus Kelenteng, Bio, TITD untuk mengedukasi dan memberi pembinaan ke umat tentang ajaran leluhur dengan menarik & make sense. PR besar kita semua……
“Tridharma adalah satu filosofi agama yang lengkap dan membawa faedah besar bagi hidup orang Tionghoa”
– Kwee Tek Hoay –
Oleh : Yasa Singgih.
Total kami mengunjungi 21 Kelenteng / TITD (Tempat Ibadat Tridharma) dan Wihara.
Mengunjungi Kelenteng Kelenteng Tridharma sambil berdiskusi bersama pengurus dan umat setempat.
– Kelenteng Hok Tek Thong, Parakan.
– Wihara Budhagaya Watugong, Semarang.
– Kelenteng Sinar Samudra, Semarang.
– Wihara Bodhidharma, Bandungan
– Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Weleri
– Kelenteng Liong Hok Bio, Magelang
– Candi Borobodur, Magelang
– Candi Mendut, Magelang.
– Kelenteng Ke Mei Lie, Grobogan.
– Candi Prambanan, Yogyakarta.
– Kelenteng Tien Kok Sie, Solo
– Kelenteng Tjoe Hwi Kiong, Kediri
– Wihara Amurva Bumi Blah Batu, Bali
– Kelenteng Ida Batara Kongco Bedugul, Bali
– Kelenteng Satya Dharma Benoa, Bali
– Kelenteng Cau Fik Miao, Bali
– Kelenteng Dharmayana Kuta, Bali
– Kelenteng Zhong Yi Miao Klungkung, Bali
– Griya Kongco Dwipayana, Bali
– Kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban
– Wihara 1000 Keramat (Bodhi Sejati), Cirebon
Banyak sekali pengalaman yang didapat dari perjalanan ini. Sebelum pergi berziarah religi ke India, Tiongkok atau Taiwan…
Wajib ziarah religi di Kelenteng Kelenteng tua dan bersejarah di Indonesia dulu.