Susunan Altar Sam Kauw Seng Jin

Oleh Hendrick Tanuwidjaya. Surabaya.

Banyak orang mempertanyakan sumber bagaimana dapar terjadi susunan altar seperti yanag ada di wihara-wihara Tridharma di Indonesia. Biasanya orang akan melihat bahwa Sakyamuni Buddha ditempatkan di tengah, Khong Hu Cu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi di samping kanan dan kiri mengapit Sakyamuni Buddha. Susunan altar seperti ini bukan hanya ada di Indonesia, tetapi merupakan susunan yang sudah ada sejak zaman Dinasti Song di Tiongkok.

Pada tahun 1106 M, Kaisar Song Hui Zong memerintahkan kelenteng-kelenteng dan wihara-wihara untuk menempatkan Trinabi (San Jiao Seng Ren) dari San Jiao dalam satu altar, dengan posisi Sakyamuni Buddha berada di tengah dan Khong Hu Cu / Kong Zi di sebelah kanan sedangkan Lo Cu / Lao Zi di kiri.

Kerajaan Dinasti Song memerintahkan susunan altar Trinabi (Sang Jiao Seng Ren) seperti itu, dengan menempatkan Sakyamuni Buddha di tengah di posisi utama, sedangkan Khong Hu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi berada di sebelah beliau. Maka sejak saat itu wihara-wihara Buddhis mendirikan San Jiao Tang / Aula Tridharma dalam kompleks kewiharaan mereka.

Enam abad kemudian, ditilik dari titah Kaisar Qian Long dari Dinasti Qing pada tahun 1744 M menunjukkan adanya gerakan San Jiao yang kuat di Provinsi Henan, Tiongkok. Sebanyak 590 Aula Tridharma yang berisi rupang Trinabi (Sang Jiao Seng Ren) dibangun di distrik-distrik provinsi tersebut. Dalam tiap Aula Tridharma, Sakyamuni Buddha menempati posisi tengah, Khong Hu Cu / Kong Zi di sebelah kanan dan Lo Cu / Lao Zi menempati posisi sebelah kiri. Susunan altar seperti ini dapat dilihat sampai sekarang di Aula Tridharma (San Jiao Dian) di Wihara Xuankong Si di Tiongkok.

Sejak Abad Ke 15

Pemujaan Sakyamuni Buddha, Khong Hu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi dalam satu altar populer sejak pertengahan Dinasti Ming. Sejak abad ke-15 M, para bhiksu Taois dan rahib Taois menempatkan pemujaan Trinabi (San Jiao Seng Ren) di dalam wihara-wihara dan kelenteng-kelenteng mereka.Pada abad ke-16 M di Yi Chuan prefektur Yan’an, pemujaan Trinabi (San Jiao Seng Ren) didirikan di aula utama Kelenteng Erxian Ci.

Mayoritas Aula pemujaan Tridharma ini ditemukan di Tiongkok Tengah dan Selatan. Salah satu pengaruh yang besar adalah dari Lin Zhaoen (1517-1598 M), pendiri San Yi Jiao (Agama Tridharma) yang mendorong pemujaan pada Trinabi (Sang Jiao Seng Ren), telah mendirikan Wihara Tridharma (San Jiao Si) dengan altar Trinabi (San Jiao Seng Ren) pada tahun 1584 M. Namun sebelum ada pengaruh Lin Zhaoen, Aula Tridhrama sudah dibangun di mana-mana. Lu Guangchai (1535-1580 M) mendirikan Aula Tridharma di Pinghu, Zhejiang.

Buku panduan ziarah pada tahun 1827 M bernama Can Xue Zhi Jin mencatat aula-aula Tridharma yang dibangun di provinsi Henan, Hebei dan Shaanxi, berasal dari abad ke-16 M sampai 18 M.

Dan sesuai tradisi yang berlangsung berabad-abad yang lalu, lukisan Trinabi (San Jiao Seng Ren) selalu menggambarkan Sakyamuni Buddha di posisi tengah, yang menjadi inspirasi juga bagi penataan Altar Tridharma. Antonio de Caballero (1602-1669), seorang misionaris Katolik di Tiongkok juga mencatat adanya Kimsin / Rupang Trinabi (San Jiao Seng Ren) yaitu Sakyamuni Buddha, Khong Hu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi dalam satu altar yang disebut sebagai San Jiao Tang.

Di Wihara Shaolin juga ditemukan satu plakat yang berasal dari tahun 1209 M, berjudul ”San Jiao Shengxin Pei”, di plakat tersebut terdapat gambar Sakyamuni Buddha di tengah, Khong Hu Cu / Kong Zi di kanan dan Lo Cu / Lao Zi di kiri. Di lukisan-lukisan Trinabi (San Jiao Seng Ren) seperti lukisan ”Tiga Pencicip Arak” dan ”Tiga Tawa di Hutan Harimau” posisi demikian juga dipertahankan.

Lukisan ”Tiga Pencicip Arak” 三酸図 didasarkan atas legenda ketika terpelajar Konfusian bernama Su Dong Po dan Rohaniwan Taois bernama Huang Shan Gu pergi ke Wihara Jin Shan untuk menemui bhiksu Buddhis Fo Yin. Gembira karena bertemu teman-temannya, bhiksu Fo Yin membawa keluar satu tong arak persik dan ketiga sahabat tersebut mencicipinya.

Kejadian ini banyak digambarkan dalam lukisan seni, salah satunya oleh bhiksu Rinzai Zen Hakuin (1686-1768). Tampak dalam lukisan itu Sakyamuni Buddha berada di tengah sambil tersenyum, Khong Cu / Kong Zi di sebelah kanan dan Lo Cu / Lao Zi di sebelah kiri.

Lukisan ”Tiga Tawa di Jurang Harimau” juga mirip. Asalnya dari sastrawan Dinasti Tang, Guan Xiu dan salah satu lukisan ini digambar oleh Ma Yuan (abad ke-12 M). Gambaran di sana menceritakan seorang sastrawan Konfucianbis yaitu Tao Yuan Ming dan rohaniwan Taois Lu Xiu Jing pergi ke Wihara Dong Li di Lushan untuk mengunjungi bhiksu Buddhis Hui Yuan, yang berikrar tidak pernah menyebrangi jembatan di Jurang Harimau (yang menjadi batas wihara). Bersama teman-temannya, Hui Yuan berbincang-bincang sampai akhirnya mereka tidak sadar telah menyeberangi jembatan. Ketika mereka sadar apa yang telah terjadi, ketiga sahabat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak. Ketiga sahabat dari Tiga Agama yang berbeda tersebut telah melampaui batasan-batasan (jembatan) dari hanya satu filosofi agama saja dan menyadari bahwa melampaui batas adalah kebijaksanaan yang sesungguhnya. Lukisan-lukisan ”Tiga Tawa” digambarkan dengan bhiksu Hui Yuan di tengah, Konfusian Tao Yuan Ming dan Taois Lu Xiu Jing berjalan di kanan kirinya.

Maka dari itu susunan altar yang kita lihat di dalam wihara-wihara Tridharma, bukanlah suatu tatanan yang baru saja dilakukan, tapi sudah sedari dulu dilaksanakan oleh leluhur orang Tionghoa.Altar Trinabi (San Jiao Seng Ren) dengan Sakyamuni Buddha di posisi tengah, Khong Hu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi di kanan dan kiri nya – menyimbolkan bahwa ketiga Ajaran (San Jiao) memiliki esensi yang sama.

Kepustakaan:

  • Religion in Chinese society: a study of contemporary social functions by C. K. Yang,
  • China under Jurchen rule: essays on Chin intellectual and cultural history oleh Hoyt Cleveland Tillman,Stephen H. West,
  • RETHINKING SYNCRETISM: THE UNITY OF THE THREE TEACHINGS AND THEIR JOINT WORSHIP IN LATE-IMPERIAL CHINA by Timothy Brook,
  • www.onmarkproductions.com,
  • An Introduction to Confucianism by Yao Xinzhong.
  • Onmark Productions Web Designs & Buddhist Shinto Photo Dictionary of Japanese Deities
  • www.onmarkproductions.com
  • Mark Schumacher’s Onmark Productions – Web Designs, Japanese Buddhist Sculpture, Other Asia-Related Topic
  • Ways of thinking of Eastern peoples: India, China, Tibet, Japan oleh Hajime Nakamura,
  • The classification of Buddhism oleh Bruno Petzold,Shinshō Hanayama,
  • Inquiry into the origin of humanity: an annotated translation of Tsung-mi oleh Peter N. Gregory,Zongmi,
  • The Ultra Supreme Elder Lord’s Scripture of Precepts, Daoist Mystical Philosophy: The Scripture of Western Ascension oleh Livia Kohn,
  • A comparative history of ideas oleh Hajime Nakamura, Buddhist inclusivism: attitudes towards religious others oleh Kristin Beise Kiblinger,
  • Writings of Nichiren Shōnin oleh Nichiren, Kyōtsū Hori, The Taoist Classics, Volume 2:
  • The Collected Translations of Thomas Cleary oleh Thomas Cleary,
  • Ku Chieh-kang and China’s new history: nationalism and the quest oleh Laurence A. Schneider,
  • The web that has no weaver: understanding Chinese medicine oleh Ted J. Kaptchuk
  • Tjung Yung, terjemahan Tjan King Yong, Penerbit Gabungan Sam Kauw Indonesia, Jakarta,Cetakan Pertama, Juli 1956
  • Tao Teh King oleh Kwee Tek Hoay, Tjetakan Pertama, Maret 1938,Penerbit Moestika, Tjitjoeroeg
  • Nabi Khong Hoe Tjoe oleh Kwee Tek Hoay, Tjetakan Pertama, November 1934,Penerbit Moestika, Tjitjoeroeg
  • The Wisdom of Confucius oleh Andri Wang, Cetakan Pertama, November 2011, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
  • Tao Tee Cing, terjemahan Lim Tji Kay, Penerbit Yayasan BAKTI (Balai kitab Tridharma Indonesia), Jkt, Cetakan Pertama, Maret 1995
  • Permata Tridharma, oleh Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma, Penerbit Yay. Yasodhara Putri, Jkt, Cetakan Pertama, Oktober 2004
  • Dao De Jing, The Wisdom of Lao Zi, oleh Andri Wang, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cetakan Pertama, Sept. 2009
  • Mengenal Beberapa Aspek Filsafat Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme, oleh Chau Ming, Penerbit Akademi Buddhis Nalanda, Jakarta, Cetakan Pertama, Januari 1986.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *