Feng Shui – Rajin Sembahyang, Rajin Kerja, Rajin Co Ho Sim, Tapi Hidup Tetap Susah? – Oleh: Suhana Lim
Rajin Sembahyang, Rajin Kerja, Rajin Co Ho Sim, Tapi Hidup Tetap Susah?
Oleh: Suhana Lim
T: Bener Suhu. Penjelasannya sangat rasional (baca postingan berjudul “Lagi Hoki.”) Wah mau tau ba zi kita bagaimana nih??? Seumur-umur hingga aku sudah tua gak pernah tau ba zi aku apa. Dan setiap beli tempat dan bangun rumah gak pernah lihat fung sui. Hanya percayakan pada Tuhan dan semangat hidup kerja rajin saja. Kalau sampai tahu ba zi dan fung sui bisa tambah maju dong dari sekarang? Hehehe mulai deh aku cinta dunia…
J: Terima kasih untuk komentar dan sharing nya. Memang banyak yang “seumur-umur” belum pernah mengetahui/mendengar ba zi diri mereka. Atau ada juga yang sudah pernah dengar, tetapi bersikap sebodo amat. Ini karena memang belum mengerti dan menyadari secara objektif manfaat dari mengenal ba zi diri. Padahal sedari ribuan tahun silam, dalam tradisi Tionghoa, begitu seorang bayi dilahirkan maka dibuatkan ba zi nya. Dari informasi analisa ba zi, maka diperoleh data mengenai komposisi energi. Dari situ dapat diketahui gambaran aneka info penting yang berlaku seumur hidup bagi si bayi. Dari analisa ba zi, si orang tua bisa mengetahui bagaimana “menghandle” sesuai karakter sang anak. Later on in his/her life, juga buat mengarahkan jurusan studi yang diambil, bidang karir atau bisnis yang sebaiknya dilakukan atau yang better dihindari. Dan tentunya bermanfaat manakala sudah mau menikah, tinggal mencocokan ba zi antara si anak dengan calon nya. Hal ini untuk memastikan dapat pasangan yang akan lebih klop dan langgeng. Ba zi adalah salah satu prasyarat mutlak dalam pernikahan in the past. Ini juga salah satu faktor mengapa perkawinan Tionghoa jaman dulu lebih langgeng meski kedua mempelai belum pernah bertemu sebelumnya.
Jangan lupa pula, selama tiga puluh tahunan, tradisi budaya Tionghoa sempat di larang oleh pemerintah Suharto. Ini tentunya ikut memengaruhi juga mengapa banyak yang tidak mengenal apa itu ba zi. Dan akibatnya pemahaman ilmu ba zi menjadi samar-samar. Jangan heran juga kalaupun membicarakan ba zi, sering dikelirukan dengan aneka metode meramal lain yang beraroma mistis dan yang bersifat temporary. For your info, hasil analisa ba zi berlaku seumur hidup, sejak seorang bayi lahir hingga meninggalkan dunia. In the ancient time dimanfaatkan oleh kalangan istana (kerajaan dan kekaisaran) dalam merekrut pejabat. Guna ikut memastikan mendapatkan the right person for the right position! Secara sederhana, analisa ba zi ibarat analisa SWOT hanya saja dalam scope yang lebih luas karena juga menginformasikan gangguan penyakit yang kemungkinan besar akan diderita, siklus hoki seumur hidup, dan masih banyak lagi informasi penting lainnya yang bisa bantu kita mengambil important decisions selama hayat dikandung badan.
“Rajin beribadah, percayakan kepada Tuhan, rajin bekerja, dan berbuat kebaikan. Maka kehidupan pun akan indah!” Begitu anjuran bijak yang sering didengungkan, begitu yang sering diungkapkan oleh orang-orang kepada saya. Of course semua tadi tidak salah, dan oke-oke saja kalau kita wish to do so!
Fyi, urusan kepercayaan, ibadah, sang Pencipta adalah termasuk dalam faktor Tian/Langit/Heaven. Yup, saya paham kalau ada pembaca yang protes, mau menempatkan hal tadi dalam posisi paling utama dan terpenting. Monggo saja, I can fully understand and fine with that opinion.
Dimana pun Anda mau meletakkannya, sebagai bagian terpisah sendiri dan terpenting ataupun sebagai bagian dari faktor Langit, maka tetap saja kita tidak bisa solely mengandalkan semua hal kepada sang Pencipta. Jangan lupa pula, dalam banyak budaya, Langit / Tuhan / apapun istilah lainnya yang maksudnya sama, diistilahkan sebagai “ayah.” Dan bumi adalah sebagai “ibu.” Memakai analogi tersebut, tentu tidak fair kalau kita hanya terus-terusan mengingat dan memikirkan sang “ayah.” Tetapi melalaikan sang “ibu.” Bukankah kalau attitude kita seperti ini artinya kita tidak bedanya seperti si Malin Kundang sang anak durhaka!
Tak bisa dipungkiri, kalau kita perhatikan dengan teliti disekitar kita. Tak sedikit individu yang baik, rajin kerja, kuat ibadahnya. Tetapi kenyataannya hidupnya kurang baik atau “tidak sepadan” dengan semua kepositfan yang dilakukannya. Yup, kalau kita hubung-hubungkan dengan urusan agama maka jawabannya pasti larinya ke “ini adalah cobaan/ujian dari Tuhan,” atau “semua karena karma” dan lain-lain alasan/jawaban yang berurusan dengan ranah kepercayaan.
Dari pengalaman selama bertahun-tahun mensharing feng shui dengan banyak individu, umumnya setelah di telaah lebih detail, ada yang tidak tepat di urusan feng shui, ketidak sesuaian antara bidang karir/usaha dengan ba zi. Dan tentunya ada juga yang lebih karena atttitude orangnya yang lemah. Jadi faktor ini semua ikut berkontribusi mengapa despite telah rajin sembahyang rajin kerja rajin co ho sim (berbuat kebaikan), tetapi hidupnya susah!
Masuk ke soal, kalau sudah kenal ba zi dan telah mengaplikasikan feng shui, maka “bisa tambah maju” hidupnya. Jawabnya adalah: kalau kita sudah mengenali ketiga faktor inti (yakin: Langit Manusia dan Bumi) dengan baik dan jelas, kemudian memaksimalkan serta mensinergikan ketiga-tiga nya, maka berarti kita telah memaksimalkan kemungkinan hadirnya kepositifan dalam hidup. Persoalan hidup sehari-hari tidak lantas 100% sirna, tetapi meski begitu, akan lebih mudah diatasi dan ada jalan keluarnya. Jangan lupa, kehidupan nyata di dunia nyata adalah tidak ada yang seratus persen perfect. Bahkan Sang Maha Pencipta saja tidak bisa menciptakan kehidupan yang menyenangkan bagi seratus persen umat manusia. Selalu saja ada yang terlahir menderita, cacat, penyakitan, penuh duka lara. Nah, dengan menyadari dan jujur mengakui hal ini, adalah kurang fair kalau kemudian kita “menuntut” bahwa kalau sudah analisa ba zi dan feng shui, harus ada jaminan bahwa jadi orang paling senang sedunia, jadi orang terkaya di jagat raya, jadi orang paling terkenal se planet bumi.
Kita jadi milyuner atau bilyuner, kita jadi celebrities top, ada kaitan juga dengan what is in store for us, yang bisa dilihat dari ba zi. Nah, kalau ternyata memang tidak ada potensi begitu, bagaimana mungkin? Ibarat, bagaimana memeras batu koral menjadi santan? Atau merubah tahu menjadi berlian? Meski begitu, dengan kita mengetahui what is/are in store for our life melalui ba zi, kita bisa memastikan bahwa biarpun jatah kita hanya satu gallon, maka satu gallon nya akan full. Bukannya sudah jatah cuma satu gallon, tetapi tidak full!
Mengarungi kehidupan riil di dunia nyata memang susah-susah gampang. Terpenting kita bisa melihat ups and downs nya secara objektif dan realistik. Sayangnya yang menjadi masalah, umumnya kita susah buat mengidentifikasi dan melihatnya dari sisi realistik dan objektif. Akibatnya, banyak dari kita yang melarikan diri ke hal-hal dan cara yang membuai-buai, teknik instant guna mendatangkan mukjizat, solusi ala orang males dan mau enaknya dan gampangnya saja. In our dreams!
Suhana Lim
(Konsultan Feng Shui Internasional)
Website: www.suhanalimfengshui.com
Email: suhanalim@gmail.com
Facebook: Suhana Lim (url)