Harga diatas adalah rekor baru penjualan tertinggi untuk properti seukuran (1150 sq m) dan sekelas seperti itu di suburb tersebut. Bukan soal harga, bukan pula mengenai betapa besarnya keuntungan sang penjual. Tapi yang kembali jadi perbincangan ialah peraturan mengenai keharusan si penjual (owner dan atau property agent) untuk mendisclose / menginformasikan akan “sejarah” kelam dari properti.

Selama ini, tidak ada kewajiban untuk menginformasikan bahwa sebuah properti dengan riwayat kelam (misalnya terjadi pembunuhan). Tapi meski begitu, sang penjual tetap harus menginformasikan kalau calon pembeli menanyakan soal tersebut (riwayat rumah).

Dari sisi feng shui, sebuah lokasi sebuah properti dimana pernah terjadi major crime scene (misalnya: pembunuhan) maka energy nya tercemar alias sudah tidak baik. Selama bangunan nya tidak di bongkar total, selama hanya di renovasi “kosmetik,” maka tetap saja tidak favorable.

Lantas bagaimana dengan cara melakukan “cleansing” berdasarkan agama/kepercayaan. Apakah properti nya lantas sudah “bersih.” Well, dari sisi kepercayaan mungkin sudah “bersih” dan bikin si pembeli nya tenang. Tetapi jujur omong itu hanya pada level psikologis saja atau peace of mind. Tetapi secara energi, belum bersih.

Koq begitu sih? Analogi nya begini. Kalau tulang saya remuk, jika usus saya luka, andai gigi saya bolong, apakah hanya dengan di “cleansing” atau di ritualin secara kepercayaan/agama maka lantas semua masalah nya otomatis bisa healed (sembuh)?

Sebuah bangunan, sebuah lokasi yang memiliki “kisah gelap” tidak dianjurkan untuk dibeli. Unless, kita sudah tidak punya pilihan lain. Bagaimana kalau tetap mau maksa untuk membeli juga? Risk at own risk!