Zao Jun Gong atau Dewa Dapur
Oleh: Diyos Winata
Zao Jun Ye (Ciao Kun Ya – Hokkian) yang seringkali disebut sebagai Zao Wang Ye (Ciao Ong Ya – Hokkian), Zao Jun gong (Ciao Kun Kong – Hokkian) atau Si Ming Za o Jun (Su Bing Ciao Kun – Hokkian) adalah Dewa Dapur. Ia juga dianggap sebagai Dewa Pelindung Rumah, oleh sebab itu bagi beberapa orang tua dahulu sering dibuatkan altar untuknya di dapur.
Di Tiongkok, Dewa Dapur mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan masyarakat pada jaman purbakala. Zao Jun dipuja sebagai sang pencipta api, tapi karena kemudian ada dewa yang khusus menguasai api, maka Zao Jun dipuja sebagai Dewa Pelindung Rumah Tangga, yang bertugas memberikan berkah dan hukuman kepada penghuni rumah yang bersangkutan sesuai dengan perbuatannya. Untuk tugas ini Zao Jun membuat laporan tahunan tentang tingkah laku semua penghuni rumah dan pada akhir tahun yaitu jatuh tanggal 24 bulan 12 Imlek, beliau naik ke singgasana langit untuk memberikan laporannya kepada Yu Huang Shang Di.
Umumnya sembahyang kepada Zao Jun dilakukan hanya setahun sekali yaitu pada tanggal 24 bulan 12 Imlek. Kita umumnya menyebut hari “Tao Pek Kong naik”. Di Beijing, sampai sekarang ini, para tukang masak rumah makan dan hotel-hotel besar dari segala pelosok kota menyempatkan diri untuk bersembahyang ke Kelenteng Dewa Dapur (ini mungkin satu-satunya di kota itu, sebab memang jarang ada kelenteng khusus untuk memuja Dewa Dapur) yang dianggap Dewa Pelindung oleh mereka, pada tanggal 3 bulan 8 Imlek. Hari itu dianggap sebagai hari ultah Zao Jun.
Pada hari “Tao Pek Kong naik” itu, masyarakat mengadakan sembahyang untuk melepas kepergiannya. Gambar atau palang Zao Jun diletakkan di tengah altar, di kiri kanannya dua baris syair ditulis di atas kertas merah dan sebuah lagi ditempelkan melintang di atasnya. Syair itu umumnya berbunyi “Paduka Zao Jun Yang Mulia, sebutkanlah kebaikan kami dilangit, bawalah berkah bagi kami apabila Anda turun kembali.” Karena Zao Jun Ye dianggap Dewa Penguasa Keluarga maka pada kesempatan itu semua anggota keluarga hadir dan dipimpin oleh kepala keluarga. Tetapi kebiasaan di berbagai daerah berbeda-beda. Pada jaman dinasti Tang, persembahan kepada Zao Jun hanya terdiri atas semangkok teh dan tiga batang hio saja. Tapi belakangan sesajen itu bertambah banyak, umumnya terdiri dari barang makanan dan buah-buahan yang manis, seperti manisan bligo, penganan ketan yang dibalur gula. Pada keluarga yang kaya, barang sajian tentu saja lebih mewah dan bervariasi seperti kue, manisan, buah-buahan seperti semangka, jeruk segar, daging dan lain-lain.
Sesudah semua sesaji itu diatur rapi dan ditempatkan di depan patung atau gambar Zao Jun, mereka mulai bersembahyang dengan harapan semoga Zao Jun Ye mengatakan yang baik-baik saja dalam laporannya kepada Tuhan. Lilin dan hio disulut, kertas uang dan kudakudaan kertas dibakar untuk mengantar keberangkatan Zao Jun. Sebagian orang berharap agar pada saat keberangkatan Zao Jun Ye bertiup angin agar ia lebih cepat sampai ketujuan. Kadang-kadang gambar Zao Jun Ye juga ikut dibakar dan naiklah Zao Jun bersama api dan asap.
Sumber: Buku Dewa-Dewi Kelenteng Sam Poo Kong Semarang, 1990.