Penguasa Tiga Alam (San Guan Da Di)
Sa.i Guan Da Di (Sam koan Tay Tee — Hokkian) atau secara umum dipanggil San Jie Gong (Sam Kay Kong Hokkian) terdiri dari tiga orang.
Pemujaan terhadap San Jie Gong ini adalah pengaruh dari Taoisme, yaitu pemujaan terhadap ketiga penguasa alam, Alam Langit, Alam Bumi, Alam Air, mereka itu adalah:
Tian Guan (Thian Koan – Hokkian) atau Dewa Penguasa Langit, menguasai peredaran matahari, bulan, bintang, hawa udara dan lain-lain benda semesta. Tian Guan ini turun ke dunia untuk membagi berkah kepada kita, pada tiap tanggal 15 bulan 1 Imlik (Tjia Gwee Tjap Go) sebab itu bsliau disebut juga Shang Yuan (Siang Gwan Hokkian). Gelar lengkapnya adalah Shang Yuan Ci Fu Tian Guan Yi Ping Zi Wei Da Di. Yang berarti sebagai berikut: Zi Wei Da Di (Tji Wi Tay Tee – Hokkian) adalah gelar Tian Guan, penguasa langit pertama (Tian Guan Yi Ping atau Thian Koan It Pin — Hokkian), pada waktu Shang Yuan (Siang Gwan — Hokkian yaitu Cia-gwe Cap-go) turun membagi berkah (Ci Fu). Tanggal 15 bulan 1 Imlik (Tjia-gwe Tjap-go) dianggap sebagai hari She-jietnya Tian Guan.
Di Guan (Tee Koan — Hokkian) atau Dewa Penguasa Bumi yang berkuasa atas terciptanya semua yang ada di dunia, termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. DiGuan turun ke dunia untuk mengatur kelahiran dan kematian, mengatur hasil panen. mengatur tempat-tempat yang sunyi untuk roh-roh manusia ke akherat dan mengurus pengampunan dosa pada tiap tanggal 15 bulan 7 (Thjit Gwee Tjap Go), sebab itu disebut Zhong Yuan (Tiong Goan — Hokkian). Gelar lengkapnya adalah Zhong Yuan She Zui Di Guan Er Ping Qing Xu Da Di, yang artinya sebagai berikut:
Qing Xu Da Di (Jing Hi Tay Tee — Hokkian, gelar kehormatan Di Guan), penguasa bumi tingkat menengah (Di Guan Er Ping atau Tee Koan Ji Pin — Hokkian), pada tanggal 15 bulan 7 Imlik atau Zhong Yuan (Tiong Gwan — Hokkian) datang ke dunia untuk mengampuni dosa-dosa manusia (She Zui). Tanggal 15 bulan 7 Imlik (Thjit Gwee Tjap Go) dianggap She-jietnya dari Di Guan.
Shui Guan (Cui Koan — Hokkian) adalah Dewa yang menguasai peredaran air, hujan, sumber di gunung, sungai, lautan dan mengatur angin yang membawa hujan, banjir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan air. Shui Guan turun ke dunia untuk mengatur peredaran air dan membebaskan manusia dari berbagai ‘musibah yang ada hubungannya dengan air pada tanggal 15 bulan 10 Imlik (Tjap Gwee Tjap Go) atau Xia Yuan (Hee Gwan – Hokkian). Beliau secara lengkap bergelar Xia Yuan Jie E Shi Guan San Ping Dong Xu Da Di yang artinya adalah Dong Xu Da Di (Tong Hi Tay Tee — Hokkian) Penguasa Air Tingkat Bawah (Shui Guan San Ping), pada waktu Xia Yuan (Hee Guan – Hokkian) datang ke dunia menolong manusia menghindarkan bencana (Jie-e).
Di sini kita lihat bahwa sebutan untuk San Guan Da Di ini ada bermacam-macam, untuk itu mari kita telah satu persatu.
Pertama, sebutan San Guan (Sam Koan — Hokkian). Sebutan ini diriiijau dari pangkatnya yaitu Tian Guan, Di Guan dan Shui Guan, ciga pembesar atau San Guan yang merupakan pemberi berkah, pengampunan dosa dan pelindung dari bencana dan malapetaka. Nama dari ketiga pejabat tinggi langit ini, ditulis di atas kertas merah dan sering dikirimkan ke langit (di atas gunung), juga disertakan dalam upacara penguburan jenazah dan jika ditenggelamkan dalam air, dianggap dapat menyembuhkan orang sakit. Kebiasaan seperti ini bermula dari dinasti Han pada tahun 172 M.
Kemudian sebutan San Yuan (Sam Goan – Hokkian). Sebutan ini menunjukkan waktu ketiganya turun ke dunia yaitu tanggal Shang Yuan (Siang Gwan — Hokkian, Cia-gwee Cap-go) Zhong Yuan (Tiong Gwan — Hokkian, Jit-gwe Cap-go) dan Xia Yuan (He Goan — Hokkian, Cap-gwe Cap-go). Penamaan ini bermula pada jaman kerajaan Wei Utara (sekitar 407 M).
Selanjutnya kita kenal sebutan San Guan Da Di (Sam Koan Tay Tee – Hokkian). Gelar ini diberikan kepada mereka oleh Mahadewa Yuan Shi Tian Zun. Tian Guan diberi gelar Zi Wei Da Di (Ci Wi Tay Te – Hokkian). Di Guan diberi gelar Qing Xu Da Di. (Jing Hi Tay Te – Hokkian). Dan Shui Guan diiberi gelar Dong Xu Da Di (Tong Hi Tay Te — Hokkian). Ketiga Da Di ini secara bersama-sama disebut San Guan Da Di (Sam Koan Tay Te — Hokkian).
Kemudian ada lagi sebutan San Yuan Gong (Sam Goan Kong — Hokkian). Sebutan ini muncul dari anggapan bahwa Tian Guan, Di Guan dan Shui Guan sesungguhnya adalah sebutan yang penuh penghormatan kepada tiga orang kaisar purba yang terkenal yaitu Yao Giauw – Hokkian), Shun (Sun — Hokkian) dan Yu (le — Hokkian).
Yao adalah seorang Maharaja yang hidup dan memerintah di Tiongkok pada tahun 2357 SM – 2258 SM. Beliau adalah seorang kaisar yang terkenal karena kesederhanaannya dan sangat memperhatikan kepentingan rakyat. Konon tempat tinggal beliau bukan merupakan sebuah istana yang gemerlapan seperti umumnya seorang raja, tetapi beliau lebih menyukai tinggal disebuah rumah sederhana yang beratap rumbia dan tiangnya terdiri dari kayu hutan biasa, tanpa dipasah ataupun dicat. Minumnya hanya dari sumber air di gunung dan makan beras kasar bercampur sayur-sayuran sederhana. Pakaian yang dikenakannya hanyalah terdiri dari kain kasar dan ditambah mantel dari kulit rusa, apabila cuaca dingin.
Apabila ada diantara kawulanya yang tertimpa kelaparan, Yao berkata “Akulah yang menyebabkan lapar” dan bila ada rakyatnya yang kedinginan karena tidak mempunyai pakaian cukup, Yao tentu berkata “Akulah yang menyebabkan kalian tidak dapat berpakaian cukup” dan bila dalam negerinya ada seorang yang berbuat kesalahan. Yao berkata “Akulah yang mengakibatkan kalian sampai terjerumus ke dalam lembah kejahatan”. Begitulah bajiknya Yao, sampai semua kekurangan dan kesengsaraan dianggap adalah tanggung jawabnya seorang. Karena itulah pada masa pemerintahannya yang hampir seratus tahun lamanya itu, meskipun ada bencana kekeringan yang dahsyat atau banjir yang hebat, rakyat tetap mencintainya dan tidak pernah menggerutu. Karena kebajikannya inilah, konon dalam istananya yaitu rumah seoerhana yang beratap rumbia itu seringkali muncul gejala alam yang menunjukkan alamat baik, seperti munculnya “Burung Feng” yang bertengger di atap, rumput yang disediakan untuk kuda mendadak berubah menjadi padi dan lain-lain.
Kecuali dari dirinya memang adalah seorang Kaisar yang bijaksana, Yao memang dibantu oleh sejumlah menteri yang betul-betul cakap. Di antara menteri-menteri itu ada seorang menteri yang pandai yaitu Shun, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Ketika akan mengundurkan diri dari tahta, Yao tidak mewariskan kedudukannya kepada putranya, karena sang putra dipandang tidak mampu. Dia memilih Shun sebagai penggantinya.
Ibu Shun meninggal tidak lama setelah Shun dilahirkan. Kemudian ayahnya menikah lagi. Istri baru ini melahirkan seorang anak, yaitu adik tiri Shun yang bernama Xiang. Ayah Shun berwatak buruk, dia sangat sayang pada istrinya dan anaknya, tapi Shun ditelantarkan dan dibiarkan mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Seringkali Shun dipukul oleh ibu tirinya, tapi dia tetap taat dan berbakti kepada mereka. Adik tirinya juga jahat, tetapi Shun menyayanginya dengan harapan ibu tirinya tergerak hatinya dan memperbaiki perlakuannya terhadap dirinya. Tapi memang ibu itu berhati keji. Dia malah seringkali berusaha menganiaya Shun sampai mati. Akhirnya karena deritanya itu sudah tak tertahankan, Shun melarikan diri dari rumahnya dan tinggal di sebuah gubuk reyot di kaki gunung Li Shan. Di sana ia seorang diri untuk bercocok tanam menunjang penghidupannya. Karena kerajinan dan pribadinya yang baik itu, seekor gajah putih dan burung-burung pun datang membantu. Petani sekitar tempat itu sangat mencintai Shun, karena Shun seringkali mengajar mereka bagaimana bercocok tanam, menangkap ikan dan membuat keperluan rumah tangga dari tanah liat. Karena petani-petani dan para pengrajin tanah liat dari tempat lain datang dan bertempat tinggal di situ, maka tempat itu lama kelamaan berubah menjadi satu desa kecil yang ramai. Setahun kemudian sudah berubah menjadi sebuah kota kecil dan tiga tahun kemudian berkembang menjadi kabupaten. Saat itu Yao sedang mencari orang yang bijaksana untuk menjadi pembantunya. Ia tertarik oleh pribadi Shun, maka kemudian ia mengangkat Shun menjadi menantunya. Walau menjadi menantu raja. Shun tidak melupakan ayah bundanya. Dibawanya putra dan istrinya berkunjung ke rumah orang tuanya, meskipun dahulu mereka memperlakukan dia sangat keterlaluan, Shun tidak mendendam mereka. Buktir.ya terhadap orang tua tetap tidak berubah, walau sekarang ia hidup serba kecukupan. Karena iri hati akan kehidupan Shun, adik tiri dan ibu tirinya bcrkali-kali berusaha membunuh Shun tetapi gagal. Tiap kali pula Shun memaafkan mereka, dan sama sekali tidak menaruh dendam. Karena pribadi yang luhur inilah akhirnya Yao rela melepaskan tahtanya dan mengangkat Shun menjadi kaisar yang baru. Ketika menjadi kaisar pun Shun tidak lupa berkunjung ke tempat kedua orang tuanya seperti sedia kala untuk menunjukkan baktinya.
Pada masa pemerintahan Shun (2225 Sm – 2208 SM) beliau bekerja keras untuk menyejahterakan rakyatnya. Dia banyak menciptakan alat musik, karena ia sangat mencintai kesenian. Alat musik ciptaannya antara lain ialah kecapi yang mempunyai 23 senar, Sheng (alat musik Tionghoa yang terdiri dari 13 batang pipa bambu yang panjang pendeknya tidak sama) dan alat musik halus lainnya. Musik gubahannya disebut Xiao-shao. Konon apabila konser Xiao-shao ini dimainkan, mendengar suara merdu ini sampai-sampai burung Feng Huang (Hong Hong — Hokkian) datang di atasnya dan menari-nari. Nabi Kong Zi (Khong Tju – Hokkian) pada waktu mendengarkan musik ini, tak henti-hentinya memuji dan berkata gubahan irama Xiao-shao sangat indah dan arif. Kalau dibanding dengan irama Wu (gubahan Zhou Wu Wang dari dinasti Zhou), meskipun indah tetapi masih kurang arif. Xiao-shao lebih membuat orang terharu. Sedang dalam keadaan sendirian Shun senang memetik kecapi bersenar 5, sambil mendendangkan lagu gubahannya yang disebut Nan-Feng (Angin Selatan).
Pada masa pemerintahan Shun terjadi bencana banjir yang dahsyat. Banyak rakyat yang tewas dan kehilangan tempat tinggal. Shun sangat sedih memikirkan penderitaan rakyatnya.
Akhirnya muncullah seorang yang gagah berani dan berhasil menanggulangi banjir besar itu. Orang itu adalah Yu, Shun kagum sekali akan kemampuan Yu mengorganisir pekerjaan raksasa itu. Yu berada pada posisi yang terdepan dalam memimpin rakyat 9 propinsi, yang terkena musibah. Dengan membawa sekop berujung garpu, ia menerjang badai dan hujan dan dengan gagah berani ia membuat saluran dan mengeruk dasar sungai, sampai akhirnya banjir itu surut. Tiga belas tahun ia berjuang dan tiga kali ia lewat di muka rumahnya tanpa menengok sebab kuatir menelantarkan tugasnya.
Atas pengorbanan Yu yang besar kepada rakyat ini, Shun lalu menyerahkan tahta kepadanya. Yu adalah lambang kebijaksanaan dan pengorbanan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri.
Yu memerintah mulai tahun 2205 SM sampai tahun 2198 Sm. Yu mendirikan dinasti Xia, yang merupakan dinasti pertama di Tiongkok.
Yao, Shun dan Yu merupakan tiga kaisar purba yang sering digunakan oleh para ahli filsafat seperti Kong-zi, Meng-zi dan lain-lain untuk memberi teladan kaisar-kaisar yang bertahta kemudian.
Rupanya oleh rakyat, Yao, Shun dan Yu dipuja sebagai Tian Guan, Di Guan dan Shui Guan. Mereka bertiga disebut San Yuan Gong dan kelentengnya banyak tersebar dimana-mana. Mereka dipuja sebagi dewa yang mengawasi perbuatan baik buruk manusia dan pelindung kehidupan.
Patung-patung San Guan Da Di banyak terdapat di dalam kelenteng, baik di Daratan Tiongkok maupun di Hongkong. Di Taiwan terutama Tainan ada tiga kelenteng yang khusus memuja San Guan Da Di yaitu San Guan Tang, San Jie Tan dan San Guan Da Di Miau yang belum lama dibangun. Di Jawa pemujaan San Guan Da Di terdapat antara lain di kelenteng Tiauvv Kak Si Cirebon, Tay Kak Si – Gang Lombok Semarang.
Sumber: Buku Dewa-Dewi Kelenteng, Yayasan Kelenteng Sampookong, Gedung Batu – Semarang, 1990