Ngapain Banyak Persembahan di Altar?
Ngapain Banyak Persembahan di Altar?
Kamu pasti sering melihat altar di Kelenteng / Wihara atau di tempat sembahyang keluargamu. Di atas meja altar tersebut kamu pasti sering melihat adanya buah, air, bunga, dan lainnya, pernahkah muncul pertanyaan dibenakmu: itu untuk apa ya? Buddha sendiri merupakan makhluk yang telah tercerahkan dengan sempurna begitu juga dengan para Dewa/ Sinbeng, jadi apakah Beliau masih butuh benda-benda materi seperti itu? Tentunya tidak, tapi Buddha memiliki cita-cita agung membebaskan semua makhluk dari penderitaan, jadi persembahan ini merupakan ritual yang dimaksudkan untuk membebaskan kita dari penderitaan, kok bisa? Begini penjelasannya.
Jika kamu pergi ke Kelenteng/ Wihara tentu saja kamu akan menemui banyak tradisi atau ritual, mulai dari anjali, soja, namaskara, puja, dan juga persembahan yang baru kita bahas. Pada dasarnya ritual merupakan alat yang digunakan oleh banyak orang dan sudah terbukti berhasil, untuk mewariskan suatu nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh suatu ajaran, maka dari itu kamu bias melihat bahwa ada banyak macam ritual dari berbagai tradisi, yaitu persembahan yang bervariasi tergantung tradisi, namun praktik persembahan memiliki makna yang luhur yang terkandung di dalamnya.
Praktik persembahan melatihmu untuk mengikis kemelekatan akan ‘aku’
Saat kamu memberikan suatu milikmu pada pihak lain, kamu berlatih untuk mengikis kemelekatan, ini adalah salah satu manfaat dari memberi. Manusia pada dasarnya memiliki sifat pelit jika harus mengeluarkan waktu, uang, tenaga, ataupun pikiran untuk orang lain, karena kita senantiasa melekat pada aku; mobil-ku, HPku, rumahku, ideku, identitasku, pekerjaanku, dan lainnya. Coba bayangkan jika kamu kehilangan hal-hal itu, tentunya kamu akan menjadi sangat menderita. Semua hal cenderung ingin kamu dapatkan untuk dirimu sendiri, dan ‘aku’ ini tidak akan pernah terpuaskan, inilah sumber penderitaan.
Memberikan persembahan melatih sedikit demi sedikit, agar saat kamu kehilangan hal-hal di atas, penderitaan yang kamu rasakan bisa berkurang. Maka dari itu, latihan memberi dimulai dari yang paling mudah dulu yaitu benda materi. Memberi persembahan merupakan penawar bagi kemelekatanmu, karena merupakan kebalikan total dari pikiran yang melekat, sehingga akan timbul rasa bersyukur dan cepat puas atas apa yang kamu miliki.
Mengapa memberikan persembahan pada Buddha dan Para Dewa?
Praktik persembahan yang dibahas disini adalah persembahan yang ditaruh di atas altar, lantas kamu mungkin bertanya, mengapa persembahan pada Buddha dan para Dewa, bukan objek lain yang lebih nyata? Karena ketika kamu mempersembahkan sesuatu pada Buddha dan para Dewa, kamu akan mengingat kualitas-kualitas Buddha dan para Dewa yang tiada banding, yang bisa membebaskan semua makhluk dari penderitaan, yang memiliki kebijaksanaan, cinta kasih, dan kemampuan untuk menolong. Dengan memberikan persembahan pada objek yang terunggul ini, kamu membangkitkan rasa hormat dan cinta pada mereka, kamu juga menginspirasi pikiranmu untuk mencapainya, rasa inilah yang mengumpulkan potensi positif yang luar biasa besar, maka dari itu dikatakan bahwa Buddha adalah ladang kebajikan yang terunggul.
Ketika kamu memiliki rasa hormat yang besar pada satu objek, secara alamiah kamu akan memiliki insting untuk memberikan mereka sesuatu karena kamu ingin membuat suatu koneksi terhadap objek itu. Maka dari itu yang membutuhkan persembahan ini adalah dirimu sendiri yang membutuhkan kebajikan, bukan Buddha dan para Dewa, karena Buddha dan para Dewa sendiri sudah terbebas dari segala penderitaan. Dengan melakukan persembahan di altar, sebaiknya kamu meletakkan rasa baktimu pada mereka dan berterima kasih karena para Buddha, Bodhisatva dan para Dewa/Sinbeng merupakan sumber kebahagiaanmu.
Praktik persembahan melatih sikapmu dalam memberi.
Saat memberikan sesuatu pada seseorang kamu akan berpikir “apa gunanya?”, “apakah orang ini pantas?” atau setelah member kamu mengharapkan terima kasih dan muka bahagia pada orang yang kamu beri, atau pemberian itu akan mempengaruhi reputasimu, kamu mempertimbangkan sejuta alasan dan kemungkinan dalam banyak situasi, hasilnya kamu lama berpikir dan pusing sendiri. Ini artinya kamu memiliki batasan internal/dalam dirimu saat memberi. Dengan praktik persembahan, kamu dapat melatih diri untuk tidak berekspektasi saat memberikan sesuatu, karena pikiran negatif- negatifmu sendirilah yang menghalangi kamu dalam mengembangkan Dana Paramita. Apakah Dana Paramita bias berkembang? Ya, kamu pasti punya pengalaman “senang” setelah member bukan karena efek eksternal (seperti ucapan terima kasih), tapi seperti “Oh, hal ini sangat baik untuk dilakukan”. Semakin luas kamu bias membangkitkan rasa ini ketika memberi, artinya dana paramitamu sudah berkembang.
Contoh sikap yang salah saat melakukan persembahan saya temui di kehidupan saya sehari-hari, misalnya pada saat sembahyang Imlek, ada tradisi bahwa harus ada persembahan di altar. Kebetulan orang tua saya yang mendapat , mereka berpendapat, “Jangan beli jeruk bali deh, pahit, mending beli jeruk yang manis saja biar nanti kita makan lebih enak.” Ini adalah contoh sikap dalam persembahan yang keliru, karena harusnya inti dari persembahan adalah belajar untuk melepas, walaupun ujung-ujungnya diturunkan juga. Saat orang tua saya berpikir bahwa jeruk tersebut akan dimakan setelah selesai sembahyang, secara tidak sadar mereka telah melekat pada jeruk itu. Maka dari itu sebaiknya kita berpikir bahwa persembahan di altar bukan untuk diri sendiri, karena saat kita mempersembahkan sesuatu, jika kita tahu bahwa ketika diturunkan persembahan itu untuk diri kita sendiri, maka secara halus kemelekatan itu muncul. Saya menyarankan lebih baik persembahan di altar, ketika diturunkan, kita sudah set bahwa itu sebisa mungkin untuk orang lain (misal air untuk siram tanaman atau snack/buah untuk teman), dengan begitu motivasi kita menjadi lebih murni.
Bermacam-macam ritual yang dilakukan memiliki satu tujuan, yaitu mengubah batin.
Makna dari persembahan bisa menjadi sangat luas. Setiap elemen persembahan memiliki makna sendiri misalnya lilin untuk mengembangkan kebijaksanaan dan bunga tentang perenungan ketidak kekalan, dupa, pelita, air, buah, makanan, dsb. Sama seperti banyaknya ritual yang kamu kenal di Buddhis, kamu harus ingat bahwa esensi dari semua ritual ini adalah untuk mengubah batinmu menjadi lebih baik. Buddha mengajarkan 84.000 pintu Dharma untuk mengakomodir kebutuhan orang-orang, artinya semua ini merupakan bagian dari suatu proses latihan yang ujungnya adalah untuk mencapai pencerahan.
Sumber: Buddhism for Beginners