Lin Chao En Pendiri Tridharma ( San Jiao/ Sam Kauw )

Lin Chao En Pendiri Tridharma

Kongco Lin Chao En (1517-1598), beliau ini bisa dibilang Kongco nya orang Tridharma. Lin Chao En adalah seorang pemimpin dan pendiri agama Tridharma yang memiliki intelektual sangat tinggi. Beliau mempelopori agama dengan unsur-unsur gabungan Konfusianisme, Taoisme, dan Buddha. Lin Chao En adalah salah satu pelopor paling terkenal dari sinkretisme agama dan filsafat Tridharma di Dinasti Ming (1368-1644) China. Kecenderungan di Cina untuk menggabungkan agama dan filsafat telah meningkat pada abad ke-16, dengan populasi umum pencampuran Konfusianisme, Taoisme, dan ide-ide dan praktek Buddhis. Sinkretisme ini mendasari penyebaran “buku moralitas” (shanshu) dan novel seperti Xiyouji (Journey to the West atau biasa kita kenal dengan Cerita Tong Sam Cong pergi mengambil kitab suci ke barat). Dari novel tersebut kita sudah dapat melihat unsur Tridharma yang begitu kental, dimana di dalamnya terdapat banyak sekali dewa dewi dari ketiga ajaran tersebut.

Lin Chao-en lahir pada tahun 1517 dalam sebuah keluarga akademisi di Pu-Tien provinsi Fukien. Beliau terlahir di keluarga akademis, sehingga ia melanjutkan studinya dengan beasiswa pula. Setelah mencapai gelar akademis pertamanya pada tahun 1534, Lin menyadari sistem pendidikan pada saat itu tidak relevan dan cenderung diarahkan semata-mata untuk penyediaan pejabat untuk administrasi kekaisaran. Pada 1546, ia meninggalkan studi konvensional dan berangkat pada pencarian untuk menemukan jalan spiritual untuk dirinya sendiri. Setelah mendapatkan banyak ilmu yang ia cari, pada tahun 1551 ia memulai karirnya sebagai guru, mengajar pemikiran pemikiran yang ia ambil dari 3 ajaran.

Jika dilihat dari beberapa cerita, Lin Chao En mengambil “saripati” dari ketiga ajaran dan menggabungkannya sehingga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Fokus Lin adalah pada budidaya pikiran umum Konfusius, Lao Zi, dan Buddha. Reputasinya tumbuh cepat dan dianggap memiliki jasa besar oleh murid-muridnya pada periode 1556 – 1563, terutama ketika P’u-t’ien menderita serangan berdarah dari pihak penjajah bajak laut Jepang. Lin Chao berupaya membantu masyarakat setempat dengan membagikan makanan dan obat-obatan bagi pengungsi dan mengubur banyak mayat tersebar di pedesaan. Lin menjadi tokoh publik dihormati dan sekolahnya menarik semakin banyak siswa, nama sekolahnya adalah Sekolah Tridharma, dimana di sekolah itu Lin mengajarkan agama Tridharma kepada murid muridnya. Selama lebih dari 25 tahun beliau menjadi pengajar Tridharma untuk banyak orang. Beliau meninggal pada tahun 1598, pengakuan umum banyak orang beliau sungguh berjasa dalam menyebarkan ajaran Tridharma.

Maka penghormatan untuk Lin dan kuil-kuil yang dibangun menghormatinya pada pijakan yang sama dengan Pendiri Tiga Agama. Karya-karyanya dicetak ulang dan menjadi teks-teks suci untuk mengembangkan agama yang menganggap dia sebagai pendirinya. Pada akhir Dinasti Ming, Kaisar mengeluarkan fatwa yang melarang ajaran Lin untuk berkembang. Akhirnya buku buku dan kitab suci Tridharma dibakar pada zaman itu, namun agama Tridharma tetap mengakar dan menyebar dengan sendirinya dikalangan rakyat jelata. Hal itu terjadi karena ajaran Lin lebih menekankan kepada praktek sehari hari agar manusia dapat sehat jasmani rohani dan dapat hidup bahagia. Dari beberapa artikel yang saya baca lewat media online, diketahui bahwa Lin Chao En ini belajar dari banyak guru guru spiritual yg mengajar ketiga ajaran (Tridharma). Beliau belajar Tao Alkemia, Neo Confucianisme dan Chan Buddhism. Faktanya ajaran yg dipelopori oleh Lin Chao ini mendapatkan respon positif dari banyak orang sehingga terus berkembang. Setelah belajar ketiganya, beliau giat menyebarkan paham 3 ajaran ini yg kita kenal “Sam Kauw It Li”.

“Lin Zhao mendirikan San Jiao (Tridharma) sebagai contoh dari sinkretisme yang sempurna di mana ketiga ajaran telah dibentuk menjadi satu kesatuan yang koheren dengan menjaga identitas mereka Pada saat yang sama, ketidakjelasan relatif batas antar-agama di Cina telah menyebabkan pertukaran, perampasan dan fusi, baik dalam bentuk-bentuk baru dari agama sinkretis gagasan kesatuan dari Tiga Ajaran Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme atau pinjaman eklektik dari beragam tradisi dalam agama rakyat Cina” (A. Judith Berling dari buku “The Syncretic Religion of Lin Chao-en”)

Tulisan ini diambil dari berbagai sumber Ensiklopedia Buddhis Tulisan-Tulisan A. Judith Berling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *