Kisah Nabi Kong Hu Cu / Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme
Kisah Nabi Kong Hu Cu / Kong Fu Zi / 孔夫子
Pendiri Ajaran Konfusianisme
Khong Hu Cu / Kong Zi di dunia Barat dikenal dengan sebutan Konfusius, sesungguhnya bernama Khong Khiu alias Tiong Ni, yang lahir pada tanggal 27 bulan 8 (imlek) tahun 551 SM di desa Chiang Ping, kota Co Ip, negeri Lo.
Ayah beliau adalah seorang panglima perang yang gagah perkasa dan jujur yang bernama Khong Hut atau lebih dikenal dengan nama Siok Liang Hut. Ibu-Nya bernama Gan Tin Cai. Beliau lahir ketika Raja Muda Siang memerintah negeri Lo. Siok Liang Hut meninggal dunia ketika Nabi berumur 3 tahun, sedangkan Ibu-Nya meninggal ketika Nabi berusia 26 tahun.
Sewaktu Khong Hu Cu masih kanak-kanak, beliau suka sekali menirukan cara-cara persembahyangan, yaitu dengan memperagakan alat-alat persembahyangan. Menanjak pada usia dewasa, beliau gemar akan pelajaran ilmu pengetahuan, tekun mempelajari kesusastraan dan gemar akan musik klasik. Ayah beliau tak meninggalkan banyak harta sehingga kehidupan Ibu Gan Tin Cai dan keluarganya sangat sederhana dan harus berjuang demi penghidupannya.
Meski demikian, Ibu Gan Tin Cai sangat memperhatikan anaknya. Tetapi dalam usia 17 tahun, Nabi terpaksa berhenti dari sekolah dan bekerja pada keluarga bangsawan Kwisun (salah satu di antara ketiga bangsawan besar di negeri Lo, yaitu Kwisun, Bengsun, dan Sioksun) berturut-turut sebagai pertanian, pegawai peternakan, dan kemudian pengurus rumahtangga.
Ketika Khong Hu Cu berusia 19 tahun, menikah dengan seorang putri bangsawan yang cantik jelita bermarga Kiankoan dari negeri Song, yang bernama Si, dari pernikahan itu, Nabi, ketika berusia 21 tahun, mendapatkan seorang putra dan kemudian dua orang putri. Putranya itu bernama Khong Li alias Pek Gi.
Pada tahun 525 SM, Ibu Gan Tin Cai meninggal dunia, karena itu Nabi (26 tahun) melepaskan pekerjaannya untuk melaksanakan masa perkabungan selama tiga tahun. Makam ayah bunda Nabi Khong Hu Cu terletak di suatu tempat di Hong San. Masa berkabung beliau pergunakan untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan.
Pada saat itu sudah mulai banyak orang yang berguru kepada Nabi. Salah satu cita-cita yang beliau ungkapkan adalah “Aku ingin membahagiakan orang-orang yang telah lanjut usia, bersikap dapat dipercaya kepada kawan, dan mengasuh para muda dengan kasih sayang.”
Demikianlah Nabi mengabdikan diri mendidik generasi muda dari usia 36 tahun hingga kira-kira usia 50 tahun, yang merupakan persiapan tugas mulia, suci, dan besar bagi kemanusiaan.
Ketika Raja Muda Ting memerintah negeri Lo, Nabi Khong Hu Cu pernah berturut-turut memangku jabatan sebagai Menteri Pertanian, Menteri Agung Kehakiman, dan kemudian Perdana Menteri.
Sejak mengundurkan diri dari jabatan dalam pemerintahan, hampir seluruh masa hidupnya beliau mencurahkan perhatian untuk mengembangkan ajaran-ajaran-Nya dengan mengembara ke berbagai negeri sambil menghimpun dan menyusun kitab suci.
Banyak halangan dan rintangan yang beliau hadapi dalam pengembaraan bersama para murid-Nya. Namun walau pun demikian beliau tidak menjadi gentar dan patah semangat. Tiga Belas (13) tahun lebih beliau mengembara mengumandangkan ajaran suci, mencanangkan firman Thian dan baru kembali ke kampung halamannya setelah berusia 68 tahun..
Istri nabi wafat ketika beliau berumur 66 tahun dan dalam pengembaraan. Tiga tahun kemudian setelah kematian Kiankoan Si istrinya, putra Nabi pun meninggal dunia. Khong Li alias Pek Gi meninggalkan seorang putra bernama Khong Khip alias Cu Su yang masih kanak-kanak.
Ternyata Cu Su adalah seorang anak yang sangat cerdas dan tekun belajar. Nabi menyerahkan cucu-Nya kepada Cing Cu (seorang murid terpandai Nabi) sebagai pembimbingnya. Namun Nabi pun sering memberikan kepada cucu-Nya juga.
Cu Su ternyata benar-benar menjadi penerus Nabi setelah Cing Cu. Cu Su membukukan Kitab Tengah Sempurna (Tiong Yong atau Cung Yung).
Dari seluruh murid beliau yang berjumlah lebih dari 3000 orang, hanya 72 orang saja yang dinyatakan menguasai enam kepandaian (Liok Gee) yang terdiri dari kesusilaan, musik, memanah, mengendarai kereta, kesusastraan, dan berhitung.
Nabi Khong Hu Cu wafat dalam usia 72 tahun di negeri Lo, pada tanggal 18 bulan 2 (imlek) tahun 479 SM, ketika Raja Muda Ay memerintah negeri itu. Jenasah beliau dimakamkan di kota Kiok Hu dekat sungai Su Swi.
Kelahiran Nabi Khong Hu Cu dan wafat-Nya ditandai dengan berbagai keajaiban, diantaranya ialah munculnya binatang Kilin ketika beliau lahir. Dan terbunuhnya binatang Kilin tersebut dalam pemburuan, oleh Raja Muda Lo Ay Kong pada tahun 481 SM. Ketika binatang kilin itu terbunuh, nabi sedang sibuk menyelesaikan penulisan
Kitab Ngo Keng bersama-sama cucu dan muridnya. Dan setelah beliau mengetahui hal tersebut di atas, Nabi segera menyelesaikan penyusunan dan penulisanKitab Liok Keng (Kitab Ngo Keng + Satu kitab lagi), yaitu Si Keng, Su Keng, Ya Keng, Le Ki, Chun Chiu dan Kitab Musik atau Gak Keng.
Setelah kitab-kitab itu tersebut telah selesai disusun dan ditulis, pada suatu hari beliau mengadakan persembahyangan besar untuk mempersembahkan segala karya suci kepada Thian. Beliau bersujud dan pasrah kepada Tuhan, yang telah memilih dan mengutus Nabi Khong Hu Cu sebagai Bok Tok (Genta Rohani) bagi insani.
Pada permulaan tahun 479 SM, Cu Khong datang menengok gurunya. la melihat gurunya sambil menyeret tongkat dan bernyanyi:
“Gunung besar suatu waktu akan roboh, tiang rumah yang kokoh akan patah.
Orang budiman akan layu dan rontok seperti tumbuhan.”
Cu Khong bertanya kepada gurunya, apakah maksud nyanyian itu. Nabi berkata bahwa semalam duduk ditengah-tengah pilar merah. Itu tandanya hari-hari akhirnya telah tiba. Sejak itu Nabi Khong Hu tidak keluar lagi dari kamarnya, dan tujuh hari kemudian wafatlah beliau.
Sumber: Buku Kisah Para Suci, Penerbit Yayasan Bakti.