Kelenteng Ing Hok Kiong, Kelenteng Bersejarah Di Kota Bagansiapiapi

Masuknya suku Tionghoa tidak lain karena aspek perdagangan yang terjadi di Indonesia pada zaman kerajaan Hindu-Budha. Selain potensi hasil alam yang sering menjadi incaran, lokasi strategis Indonesia yang berada di jalur perdagangan Cina dan Romawi membuat negara kita menjadi persinggahan para pedagang Tionghoa. Karena itu percampuran budaya lokal dengan Tionghoa sangat kental terasa. Riau adalah salah satu contohnya. Walaupun 89,86% masyarakat Riau adalah Muslim, namun kelenteng di sini cukup terjaga hingga berusia ratusan tahun.

Ing Hok Kiong berdiri pada tahun 1823 di Bagansiapiapi. Keberadaannya saat ini tak lepas dari tangan para perantau dari Provinsi Fu-Jian, Cina, yang datang ke Indonesia. Karena menjadi bagian dari perjalanan tumbuh kembang Kota Bagansiapiapi, hingga sekarang kelenteng yang masih menjadi pusat budaya Tionghoa ini masih dipertahankan dalam bentuk aslinya.

Menggunakan lima tongkang, sekira seratus pelarian asal Tiongkok mengarungi samudera, hanya satu tongkang yang berhasil selamat sampai Rokan Hilir dengan penumpang sebanyak 18 orang, terdiri dari Ang Nie Kie, Ang Nie Hiok, Ang Se Guan, Ang Se Pun, Ang Se Teng, Ang Se Shia, Ang Se Puan, Ang Se Tiau, Ang Se Po, Ang Se Nie Tjai, Ang Se Nie Tjua, Ang Un Guan, Ang Cie Tjua, Ang Bung Ping, Ang Un Siong, Ang Sie In, Ang Se Jian dan An The nisTui. Mereka inilah yang dikenal belakangan sebagai nenek moyang penduduk etnis Tionghoa Kota Bagansiapiapi.

Menurut kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa Kota Bagansiapiapi, selamatnya kedelapan belas orang perantau itu sampai di muara Sungai Rokan tidak terlepas dari bantuan Dewa Kie Ong Ya dan Dewa Tai Su, karena patung kedua Dewa tersebut berada di dalam tongkang yang mereka tumpangi. Sementara perantau yang berada di tongkang lainnya hilang di tengah samudera karena diterjang badai.

Menurut Wisnu Aji, penduduk Bagansiapiapi, sebagai ucapan rasa syukur dan rasa hormat mereka kepada kedua dewa tersebut, para perantau itu membangunkan klenteng untuk tempat disemayamkannya kedua patung dewa yang menyertai mereka dalam perjalanan mengarungi samudera.

Hingga saat ini, Klenteng  Ing Hok Kiong yang berlokasi  di jalan Aman/Kelenteng,  Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, masih tetap berdiri kokoh dengan bentuk aslinya. “Klenteng ini sering dikunjungi oleh warga etnis Tionghoa setiap acara-acara keagamaan. Dari klenteng ini pulalah dimulainya acara ritual Bakar Tongkang yang diadakan pada setiap tahunnya, yang dihadiri oleh ribuan etnis Tionghoa dari seluruh penjuru dunia,” kisah Wisnu.

Masyarakat Tionghoa Kota Bagansiapiapi juga menganggap klenteng tua ini menyimpan keajaiban dan keunikan. Ketika Kota Bagansiapiapi diamuk si jago merah, sekitar tahun delapan puluhan, yang menghanguskan ratusan bangunan rumah penduduk yang berada di sekitar klenteng, satu-satunya bangunan yang tidak terbakar adalah bangunan Klenteng Ing Hok Kiong.

Sumber:

https://travelingyuk.com/kelenteng-tertua-di-riau/79908/

http://indochinatown.com/daerah/klenteng-ing-hok-kiong-klenteng-bersejarah-di-kota-bagansiapiapi/3622

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *