Dewa-Dewa Bintang
NAN DOU, BEI DOU, DONG DOU, ER SHI BA XIU
Nan-dou (Lam To – Hokkian), Bei-dou (Pak To – Hokkian) dan Er-shi-ba Xiu (Dji-tjap-pat Siu — Hokkian) adalah Dewa Bintang-bintang yang biasa dipuja sebagai pelengkap pemujaan dalam kelenteng Tian Gong Miao (kelenteng yang memuja Yu Huang Da Di).
Yang dimaksud dengan Nan-dou adalah Bintang Panjang Umur ialah Nan Ji Xian Weng (Lam Kek Si an Ong — Hokkian), sedangkan Bei-dou adalah Bei Dou Qi Xing atau Tujuh Bintang Utara. Secara umum diketahui Nan Dou adalah Bintang Panjang Umur dan Bei Dou adalah Bintang Kemakmuran.
Nan Dou atau Nan Ji Xian Weng (Lam Kek Sian Ong — Hokkian) berulang tahun pada tanggal 1 bulan 5 Imlik. Ia memberkahi negara agar makmur, aman dan sentosa serta rakyatnya panjang umur.
Bei Dou dikepalai oleh Kui Dou Xing Jun (Kui Touw Seng Kun – Hokkian), hari lahirnya adalah tanggal 9 bulan 9 Imlik. Ia berwujud sebagai seorang panglima perang, memberkati orang supaya mendapat kenaikan pangkat dan memperoleh kedudukan baik.
Er-shi-ba Xiu (Dji-tjap-pat Siu — Hokkian) atau 28 bintang, berasal dari para pahlawan yang gugur dalam pertempuran besar antara pengikut Jiang Zi Ya dan Zhou Wang (Tiu Ong – Hokkian), seperti yang dikisahkan dalam novel Feng Shen. Setelah peperangan seiesai dengan terbunuhnya Zhou Wang dan runtuhnya dinasti Shang (Siang – Hokkian), maka arwah para pahlawan yang gugur dalam perang besar itu, dinobatkan menjadi dewa-dewa yang diantaranya menduduki 28 bintang atau Er-shi-ba Xiu itu.
14 diantara ke-28 bintang tersebut dianggap pembawa berkah, sedang yang ke-14 lagi dianggap pembawa sial.
Adapun 14 bintang pembawa berkah adalah:
- Jiao Mu Jiao, diduduki Dewa Deng Yu. (Teng I – Hokkian).
- Fang Ri Tu, diduduki oleh Dewa Geng Yan. (Keng Yam – Hokkian).
- Wei Huo Hu, diduduki oleh Dewa Cen Peng. (Gim Peng – Hokkian).
- Qi Shui Bao, diduduki oleh Dewa Feng Yu. (Pang I – Hokkian).
- Dou Mu Xie, diduduki oleh Dewa Zhu You. (Cu Yu – Hokkian).
- Shi Huo Zhu, diduduki oleh Dewa Geng Chun. (Keng Sun — Hokkian).
- Bi Shui Yu, diduduki oleh Dewa Zang Gong (Cong Kiong – Hokkian).
- Lou Jin Gou, diduduki oleh Dewa Liu Long. (Louw Liong – Hokkian).
- Wei Shi Ji, diduduki oleh Dewa Ma Cheng. (Ma Seng – Hokkian).
- Bi Yae Niao, diduduki oleh Dewa Chen-jun. (Tan Cun – Hokkian).
- Can Shui Yan, diduduki oleh Dewa Tu Mao. (Touw Bouw – Hokkian).
- Jing Mu An, diduduki oleh Dewa Yao Qi. (Yauw Ki — Hokkian).
- Zhang Yue Lu, diduduki oleh Dewa Wan Xiu. (Ban Siu – Hokkian).
- Zhen Shui Yin, diduduki oleh Dewa Liu Zhen. (Lauw Tjin – Hokkian).
Adapun ke-14 bintang yang dianggap pembawa sial ialah:
- Kang Jin Long, diduduki oleh Dewa Wu Han. (Gouw Han – Hokkian).
- Di Tu He, diduduki oleh Dewa Jia Fu. (Kee Hok – Hokkian).
- Xin Yue Hu, diduduki oleh Dewa Kou Xun. (Ko Sun – Hokkian).
- Niu Jin Niu, diduduki oleh Dewa Cai Zun. (Tja Cun — Hokkian).
- Nu Tu Fu, diduduki oleh Dewa Jing Zhou. (Keng Tjiu — Hokkian).
- Xu Ri Shu, diduduki oleh Dewa Gai Yan. (Kai Yan – Hokkian).
- Wei Yue Yan, diduduki oleh Dewa Jian Tan. (Kian Tam – Hokkian).
- Kui Mu Lang, diduduki oleh Dewa Ma Wu. (Ma Bu — Hokkian).
- Mao Ri Ji, diduduki oleh Dewa Wang Liang. (Ong Liang — Hokkian).
- Zui Huo Hou, diduduki oleh Dewa Fu Jun. (PhoTjun — Hokkian).
- Gui Jing Yang, diduduki oleh Dewa Wang Ba. (Ong Pa — Hokkian).
- Liu Shi Zhang, diduduki oleh Dewa Ren Guang. (Djim Kong — Hokkian).
- Xing Ri Ma, diduduki oleh Dewa Li Zhong. (Li Tiong — Hokkian).
- Yi Hou Shi, diduduki oleh Dewa Yin Tong. (In Tong — Hokkian).
Kemudian ke-28 bintang itu juga dibagi menjadi empat golongan besar yaitu:
- Cang Long (Naga Hijau).
- Zhu Que (Burung Merah).
- Bai Hu (Harimau Putih).
- Xuan Wu (Kura-kura Hitam).
She-jiet ke-28 bintang ini tidak sama, jabatan yang didudukinya pun tidak sama, mereka terutama mengurus soal rejeki, karir, usia dan kegembiraan manusia di dunia.
Pada jaman dahulu sembahyang untuk Er-shi-ba Xiu dilakukan oleh kaisar di altar pualam di Tiar, Tan (Candi Sorgawi), Beijing, demikian juga para pembesar propinsi melakukannya di ibu kota masing-masing.
Di bcberapa kota propinsi, kecuali dewa-dewa bintang ini, masih ada Dong Dou dan Xi Dou yang mengurus kegembiraan. Keduanya disembah untuk melengkapi hal-hal yang diluar wewenang Nan Dou dan Bei Dou, yaitu mengabulkan keinginan dasar dari tiap-tiap pemujaan terhadap alam semesta.
DOU MU DAN JIU HUANG YE
Dou Mu atau Bunda Gantang adalah Dewi dari Bintang Utara, Dewi ini dipuja bersama-sama oleh kaum Buddhist dan Taoist. Menurut E.T.C. Werner dalam bukunya “Myths and legends of China”, Dou Mu sebetulnya adalah berasal dari Marici, seorang dewa dari India, yang kemudian dimasukkan ke dalam khasanah kedewaan kaum Taoist. Kedudukannya di dalam Daoisme kira-kira setara dengan Guan Yin dalam Buddhisme.
Di dalam legenda dikatakan bahwa Dou Mu dilahirkan di Mo-li-che, kawasan Langit Barat, di negeri Tian-zhu (yaitu India). Setelah memperdalam pengetahuannya ten tang rahasia alam semesta, seluruh tubuhnya diliputi sinar sorgawi, dan ia dapat terbang dari rembulan ke matahari dan melayang-layang di atas lautan. Ia selalu memperlihatkan wataknya yang welas-asih kepada umat manusia. Kemudian ia menikah dengan raja dari Zhou-yu, Zhen Zu Zong, di kawasan sebelah utara, karena raja ini sangat mengagumi budi-pekertinya. Dari perkawinan ini, Dou Mu melahirkan 9 orang putra. Ke 9 orang putra Dou Mu ini kemudian dikenal dengan sebutan Jiu Huang Ye (Kiu Hong Ya – Hokkian) yang berarti “9 Maharaja Dewa”. Yuan Shi Tian Zun (Goan Si Thian Cun — Hokkian) lalu mengundang mereka sekeluarga untuk menikmati kegembiraan di Sorga. Oleh Yuan Shi, Dou Mu ditempatkan di istana Do u Shu (yang berarti Poros Kutub). Dinamakan begitu karena semua bintang-bintang berputar di sekelilingnya. Kesembilan putranya yang tinggal di istananya masing-masing di bintang-bintang sekelilingnya.
Dou Mu ditampilkan dengan memakai topi Buddha, duduk di atas bunga teratai, bertangan delapan dan berkepala tiga. Para pemujanya biasanya berpantang makan barang berjiwa pada tiap tanggal 3 dan 27 setiap bulan, untuk memohon keselamatan dan panjang umur. Seperti juga Guan Yin dan Tian Hou (Tian Shang Sheng Mu), nulanya dianggap Dewa Pelindung Lautan. Dou Mu seperti juga Guan Yin selalu memberikan perlindungan pada para pelaut. Utara di dalam Taoisme sering dikaitkan dengan unsur “air”, dan merupakan lambang kehidupan dan kematian yang erat hubungannya dengan umat manusia.
Kesembilan putra Dou Mu secara umum disebut Jiu Huang Ye atau Jiu Huang Da Di (Kiu Hong Tay Te e – Hokkian) yang berarti Sembilan Dewa Maharaja. Jiu Huang Ye dianggap sebagai dewa-dewa yang menguasai nasib manusia. Mereka itu adalah: Tian Ying, Tian Ren, Tian Zhu, Tian Qin, Tian Fu, Tian Chong, Tian Rui dan Tian Peng. Setelah diangkat kelangit bersama-sama dengan ibunya, Dou Mu, mereka menguasai 9 planet yang mengeliling matahari dalam tata-surya kita ini, merupakan lambang kosmologi keberadaan dunia kita (Makrokosmos) dan 9 liang pada tubuh manusia yang merupakan lambang ontologi keberadaaan manusia (mikrokosmos).
Di dalam kelenteng-kelenteng, biasanya Jiu Huang Ye ditampilkan hanya dalam bentuk sebuah “papan arwah”. Papan ini melambangkan Jiu Huang Ye sebagai satu dewa, yang didalamnya terdiri dari kesatuan sembilan dewa. Tapi pihak lain ada juga yang beranggapan bahwa papan itu mewakili 9 dewa, walaupun hanya seorang dewa saja yang hadir tiap kali.
Dou Mu dan Jiu Huang Ye ini kelihatannya merupakan satu kesatuan pemujaan. Dou Mu sering dianggap sebagai perwujudan dari Jiu Huang Da Di, ini terlihat dari gelarnya yaitu Nan-dou Bei-dou Dou Mu Tian Zun (Dou Mu dari Bintang Gantang Utara dan Selatan yang memperoleh kehormatan sorgawi). Jiu Huang Da Di mewujudkan diri sebagai Nan-dou (Gantang Selatan) yang mengendalikan kehidupan dan Bei-dou (Gantang Utara) yang mengendalikan kematian. Di dalam beberapa kelenteng Dou Mu disebut dengan gelar Wu Dou Tian Zun (Lima bintang gantang yang memperoleh kehormatan surgawi), altar pemujaannya mewakili Dou Mu sebagai Zhong Dou (Bintang Gantang Tengah) yang dikelilingi Dong Dou (Bintang Gantang Timur) Nan Dou (Bintang Gantang Selatan), Xi Dou (Bintang Gantang Barat) dan Bei Dou (Bintang Gantang Utara).
Pemujaan terhadap Dou Mu dan Jiu Huang Ye ini bermula dari propinsi Fujian, kemudian berkembang ke Yunnan, lalu menyeberangi perbatasan masuk ke Muangthai terus ke semenanjung Malaya dan Singapura. Upacara peringatan tahunan untuk menghormat Jiu Huang Ye yang jatuh pada tanggal 9 bulan 9 Imlik; dirayakan secara meriah di kelenteng-kelenteng Malaya dan Singapura. Di Kuala Lumpur, perayaan terpusat di kelenteng Nan Tian Gong, yang terletak di desa Ampang. Perayaan di sini yang terbesar di Malaysia, diikuti tidak hanya oleh para keturunan Tionghoa dari berbagai tempat, juga oleh penduduk Melayu dan keturunan India. Konon kelenteng di Ampang ini menyimpan segulung kitab suci Jiu Huang Ye yang dibawa dari Tiongkok oleh seorang pemuda bernama Lin Ying ke Malaysia pada saat negeri itu sedang dilanda wabah penyakit. Di seluruh Malaysia terdapat tidak kurang dari tiga puluh buah kelenteng yang khusus memuja Jiu Huang Ye.
Sumber: Buku Dewa-Dewi Kelenteng, Yayasan Kelenteng Sampookong, Gedung Batu – Semarang, 1990