Dasar-Dasar Kepanditaan Tridharma
Oleh Marga Singgih
Sebagai komunitas keagamaan maka Majelis Tridharma memiliki Pranata / Sistem Tata Upacara & Lembaga Kerohanian ( Pandita dan Dharmaduta) tersendiri yang lahir atas dasar KEIMANAN.
KEIMANAN TRIDHARMA menjadi The Way Of Life bagi umat Tridharma yang dalam kesehariannya memiliki identitas administratif kependudukan yang saling berbeda di dalam KTP antar umat yang satu dengan yang lain nya (boleh beragama Buddha / Khong Hu Cu / Tao). Keimanan Tridharma harus diyakini secara holistic (utuh-integral).
TRIDHARMA sebagai Ajaran Kebenaran yang dibabarkan oleh Sakyamuni Buddha, Khong Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi adalah DASAR KEIMANAN.
Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Februari 1939) :
“Itoe Sam Kauw akan mendjadi satoe philosofie agama jang paling lengkep dan memberi faedah besar bagi manoesia,
teroetama bagi orang Tionghoea jang leloehornja soedah kenal itoetiga peladjaran sadari riboen taon laloe”
Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Agustus 1936) :
Apatah betoel Sam Kauw Hwe satoe pakoempoelan “Gado gado”?
“Bahoea sabagian besar dari orang jang masih pegang tetep Agama Tionghoa dalam praktijk ada memelok Sam Kauw, kerna ini Tiga Agama sadari banjak abad yang laloe soedah tergaboeng mendjadi satoe dalembatin dan panghidoepan orang Tionghoa.
Kita sendiri anggep tidak djelek kalo satoe Hoed Kauw Hwe meloeloe perhatiken agama Buddha dan satoe Khong Kauw Hwe tida bitjaraken laen dari agama Khong Tjoe…begitu juga satoe To Kauw Hwe perhatiken agama Too saja….
Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Februari 1939) :
Tapi ia orang tida haroes mentjelah pada Sam Kauw Hwe tjoemah lantaran ini perkoempoelan soedah perhatiken sari dari Tiga Agama jang soedah tergabung dalem batin dan panghidoepan Tionghoa.
Sam Kauw Hwe ada pandang seperti soedara dan ingin bekerdja sama sama dengan sasoeatoe pakoempoelan atawa pergerakan jang perhatikan sadja sotoe satoe dari itu Tiga Agama sendirian.
Djoega kita tidak ingin bermoesoehan pada laen laen agama jang bukan Sam Kauw kaloe di laen fihak tida ada disiarken apa apa jang bersifat menjerang atawa merendahkan pada Khong Kauw, Hoed Kauw dan Too Kauw, Dunia ada tjoekoep lebar aken masing masing agama bekerdja dalem kalangannja sendiri”
Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma (Mei 1977) :
Pertemuan dari ketiga ajaran kebenaran ini telah menelorkan suatu pandangan hidup dan memupuk alam pikiran manusia Tridharma yang toleran, penuh bakti, sederhana, dan praktis dalam cara berpikir.
Adakah hal hal atau sikap semacam itu bertentangan dengan Buddhisme / Taoisme / Konfusianisme?
Andri Wang (September 2009) :
Sejak 2.500 tahun yang lalu, kebudayaan tradisional Tiongkok sedikit banyak telah diwarnai oleh tiga ajaran besar ( Tridharma – San Jiao ) yaitu Daoisme / Dao Jiao, Konfusianisme / Kong Jiao, dan Buddhisme / Fo Jiao.
Ketiga ajaran tersebut juga mempengaruhi cara berpikir ( way of thinking ) dan cara hidup ( way of life ) masyarakat di daratan Tiongkok. Mereka bisa saling mengisi dan melengkapi secara harmonis menjadi lebih sempurna, bisa saling toleran dan bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa saling bertentangan. Ada yang mengatakan bahwa ketiga ajaran tersebut adalah satu keluarga besar ( San Jiao Shi Yi Jia ).
DASAR DASAR KEIMANAN TRIDHARMA
- Keimanan terhadap Thian/Tikong/Tuhan sebagai Sumber Kehidupan dan Alam Semesta.
- Keimanan terhadap Sakyamuni Buddha, Khong Hu Cu / Kong Zi, Lo Cu / Lao Zi sebagai Pembabar Ajaran Kebenaran.
- Keimanan terhadap Para Bodhisatva Mahasatva (Posat Mohosat) / Dewa-Dewi / Sin Beng / Kongco – Makco.
- Keimanan terhadap Kitab Suci Tripitaka, Su Si (Se Su) – Ngo Keng (Wu Cing) & To Tek Keng (Tao Te Cing).
- Keimanan terhadap Keberkahan – Keselamatan (Po Pi Peng An) sebagai hasil dari pengamalan Ajaran Tridharma.
Kwee Tek Hoay( 31 Juli 1886 – 4 Juli 1952 )
Tridharma berasal dari kata Tri (Sam/San) dan Dharma (Kauw/Jiao).Tri berarti Tiga dan Dharma berarti Ajaran Kebenaran.Jadi secara harafiah Tridharma berarti Tiga Ajaran Kebenaran. Yang dimaksud dengan Tiga Ajaran Kebenaran di sini ialah Ajaran Sakyamuni Buddha, Ajaran Khong Cu / Kong Zi dan Ajaran Lo Cu / Lao Zi. Tridharma (Sam Kauw/San Jiao) merupakan Agama yang penghayatannya menyatu dalam ajaran Buddha, Khong Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi.
Perkembangan Tridharma, kemajuan batin umat Tridharma di Indonesia dan bangkitnya kembali Agama Buddha di negara kita setelah terbenam lima abad sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit, yang terutama adalah berkat usaha-usaha yang dirintis oleh Kwee Tek Hoay yang juga dikenal sebagai Bapak Tridharma Indonesia bahkan sejujurnya juga sebagai Pelopor Kebangkitan Awal Agama Buddha di Indonesia setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit di Nusantara.
Kwee Tek Hoay (Lahir di Cicurug, Jawa Barat, 31 Juli 1886 – 4 Juli 1952) adalah Pejuang dan Perintis Tridharma di negara kita. Beliau mewariskan 100 judul lebih buku-buku terjemahan, saduran, dan karangan yang bernafaskan keagamaan Tridharma (Buddha, Konfusius, Tao), kebatinan, filsafat, drama spiritual, dan lain-lainnya yang tak ternilai harganya. Di berbagai daerah, dalam dan luar kota, pengikut-pengikutnya mendirikan Sam Kauw Hwee / San Jiao Hui / Perkumpulan Tridharma. Bersama beberapa rekan dekatnya, Kwee Tek Hoay mengundang Bhikkhu Narada (Srilanka) pada tanggal 24 Maret 1934.Misi Bhikkhu Narada pada saat itu sukses yang salah satu agenda nya adalah Penanaman Bibit Pohon Bodhi di halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Cita Cita Kwee Tek Hoay di antara nya ialah:
- Memberikan pengertian/pengajaran Ajaran Tridharma(Sam Kauw/San Jiao = Buddha, Khong Hu Cu / Kong Zi, Lo Cu / Lao Zi) agar para umat dapat jadi warga masyarakat yang berguna bagi sesama dan lingkungan.
- Mencegah Kristenisasi di kalangan warga Tionghoa yang pada masa itu dilakukan oleh para misionaris barat yang mendompleng penjajah Portugis, Inggris dan Belanda.
- Memajukan pendidikan bagi generasi muda agar dapat meningkatkan taraf penghidupan.
Sam Kauw Hwee
Sam Kauw Hwee / San Jiao Hui (Perkumpulan Tridharma) lahir pada tahun 1920-an atas prakarsa Kwee Tek Hoay di Jakarta, bersamaan dengan itu didirikan pula Penerbitan & Percetakan Moestika yang menerbitkan Majalah Moestika Dharma yang banyak mengupas Ajaran Buddha, Khong Hu Cu / Kong Zi dan Lo Cu / Lao Zi bahkan juga agama lainnya.
Kwee Tek Hoay menjadi Ketua Umum Sam Kauw Hwee / San Jiao Hui (Perkumpulan Tridharma) yang pertama dengan dibantu oleh putrinya yang bernama Kwee Yat Nio atau dikenal dengan nama Ny. Tjoa Hin Hoey (Visakha Gunadharma).
Sam Kauw Hwee bersifat Indonesia Sentris dalam arti bahwa sebagai suatu sistem ia dibangun dan diciptakan di Indonesia kendati pun ketiga ajaran agama tersebut berasal dari luar Indonesia. Ketiga ajaran agama tersebut sama sekali tidak dicampuradukkan sehingga tercipta suatu ajaran yang baru. Ketiga ajaran agama tersebut masing-masing tetap bersumber/berpedoman pada kitab suci-nya sendiri-sendiri.
Pada tahun 1934 Sam Kauw Hwee menerbitkan Majalah Sam Kauw Gwat Po dalam bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menyebarluaskan misi organisasi. Pada zaman kependudukan Jepang di Indonesia dan Perang Dunia II segala kegiatan organisasi dihentikan untuk sementara waktu, baru setelah Indonesia merdeka, Sam Kauw Hwee / San Jiao Hui (Perkumpulan Tridharma) aktif kembali dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
Apakah Tridharma itu?
Pada akhir nya bila umat Tridharma di tanya oleh pihak luar,
Apakah Tridharma itu sebagai sekte dari Agama Buddha?
Jawab nya Bukan, karena di dalam Agama Buddha tidak ada sekte Tridharma.
Apakah Tridharma itu sebagai sekte dari Agama Khong Hu Cu?
Jawab nya Bukan, karena di dalam Agama Khong Hu Cu tidak ada sekte Tridharma
Apakah Tridharma itu sebagai sekte dari Agama Tao?
Jawab nya juga Bukan, karena di dalam Agama Tao pun tidak ada sekte Tridharma.
Lalu apakah Tridharma itu ?
Tridharma adalah Sam Kauw / San Jiao yang secara harafiah berarti Tiga Agama / Ajaran yang merupakan keimanan yang dianut secara merata umum oleh orang Tionghoa yang oleh orang orang Barat (Eropah / Amerika) dikatakan sebagai Chinese Religion atau Agama Tionghoa.
Adalah Kenyataan Sejarah bahwa dalam perkembangan Agama Buddha di Indonesia sejak jaman Hindia Belanda hingga kini bahwa Umat Tridharma merupakan bagian dalam pembinaan Ditjen Bimas Buddha, Kementerian Agama RI karena secara organisatoris selama ini organisasi Tridharma di Indonesia memang selalu menjadi bagian dari pembinaan dalam Ditjen Bimas Buddha, Kementerian Agama RI. Pergerakan dan Organisasi Tridharma lahir dan berdiri serta aktif membina umat Tridharma sejak awal tahun 1920 an pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, jauh sebelum Negara Republik Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Dan setelah kemerdekaan RI pada tahun 1945 maka Organisasi Tridharma pun tetap menjadi bagian dalam pembinaan Departemen Agama RI pada saat itu yaitu Direktorat Hindu Bali dan Buddha.
Pada tahun 1952.Sam Kauw Hwee diorganisir kembali dengan masuknya Thian Li Hwee dibawah pimpinan Ong Tian Biauw (yang kemudian menjadi Bhikkhu Jinaputta). Sam Kauw Hwee yang telah berganti nama menjadi Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) berubah/berganti nama kembali menjadi Gabungan Tridharma Indonesia (GTI) pada tanggal 20 Pebruari 1952 pukul 12.00 WIB dan berbentuk Badan Hukum/Rechtspersoon/Legal Body berdasarkan Penetapan Menteri Kehakiman R.I. No.JA5/31/13 tanggal 09 April 1953 dan termuat dalam Tambahan Berita negara R.I. No. 33 tanggal 24 April 1953 urutan No.3.
Dalam menjalankan kegiatan organisasi terutama dalam pembinaan kerohanian GTI membentuk Seksi Penceramah/Dharmaduta yang dikemudian hari Seksi Penceramah ini dilepaskan untuk mandiri sebagai organisasi dengan nama Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia atau Majelis Tridharma.
Sementara itu di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 15 Mei 1967 dibentuklah Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma se Jawa Timur dengan diprakarsai oleh Ong Kie Tjay.Pada tahun 1969, P.T.I.T.D. Se-Jawa Timur dikembangkan menjadi P.T.I.T.D. Se-Indonesia.Di kemudian hari PTITD Se-Indonesia mendirikan pula Majelis Rohaniawan Tri Dharma Se Indonesia.
Pada tanggal 17 Desember 1977 di Kota Lawang, Jawa Timur terjadilah penggabungan 2 majelis (Jakarta & Surabaya) dengan nama baru menjadi MARTRISIA (Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia). Kongres MARTRISIA berlangsung pada tahun 1980, 1983 dan tahun 2013. Dalam setiap kongres tersebut kesemuanya tetap memilih Ongko Prawiro sebagai Ketua Umum DPP MARTRISIA dan sekaligus Ketua Umum DPP P T I T D (Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma) se Indonesia
Dalam perjalanan dan dinamika organisasi Umat Tridharma di Jakarta , Jawa Barat, Banten dan Palembang menyatakan keluar dari MARTRISIA yang berpusat di Surabaya sejak tanggal 31 Juli 1997. Sejak itulah kegiatan Tridharma di Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Palembang di organisir kembali oleh Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia/Majelis Tridharma (nama organisasi yang sama sebelum melebur pada tahun 1997) yang dipimpin oleh Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma.
Pada Tanggal 1-3 Januari 1999, diselenggarakan Munas Umat Tridharma Indonesia di Pesanggrahan Bumi Tridharma. Gunung Putri-Cipanas, Cianjur, Jawa Barat yang akhirnya menetapkan perubahan nama organisasi menjadi Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia disingkat Majelis Tridharma dengan dipimpin oleh Maha Pandita Bhagyadewa Sidharta sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat (Masa Bakti 1999-2004) dan Pandita Utama Gunananda Djajaputra. BA sebagai Sekretaris Jenderal.Sedangkan Ketua Dewan Pandita adalah Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma.
Munas Ke 1 Majelis Tridharma diselenggarakan pada tanggal 10 -12 September 2004 di Pusdiklat Sespim Polri.Lembang. Bandung, Jawa Barat. Dalam Munas Kedua ini telah terpilih Pengurus Pusat Masa Bakti 2004 – 2009 dengan Ketua Umum Pandita Utama Budiyono Tantrayoga dan Sekretaris Jenderal Pandita Utama Pramana Winardi.Sedangkan Ketua Dewan Pandita adalah Pandita Utama Padmanadi Viriya Dharma dan Ketua Dewan Pertimbangan adalah Maha Pandita Kittinanda.
Pada tanggal 2 – 3 September 2006 Majelis Tridharma melaksanakan Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) di Wisma Karwika, Cisarua Bogor, Jawa Barat yang bertujuan untuk meninjau ulang Pembukaan Anggaran Dasar dan beberapa Pasal dalam Anggaran Dasar yang berkenaan dengan Sejarah Kelahiran Majelis Tridharma.
Munas Ke 2 Majelis Tridharma diselenggarakan pada tanggal 27 – 29 Nopember 2009 di Hotel Delaga Biru, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Dan dalam munas ini Pandita Utama Gunananda Djajaputra, BA dan Pandita Padmanadi Viriya Dharma, M.Ak terpilih sebaagai Ketua Umum dan Sekjen Pengurus Pusat Masa Bakti 2009 – 2014. Sedangkan Pandita Utama Jayasena Asoka terpilih sebagai Ketua Dewan Pandita dan Romo Pandita Utama Suwita Gunawan SH, M.Hum terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat.
PANDITA TRIDHARMA
Dalam menjalankan pengabdian dan pembinaan serta melayani umat Tridharma di berbagai cabang maka Majelis Tridharma mengandalkan barisan Pandita yang biasanya juga bertugas sebagai Dharmaduta. Jenjang pengabdian Pandita di Majelis Tridharma dimulai dari :
- Pandita Muda
- Pandita Madya
- Pandita Utama
- Maha Pandita Anom
- Maha Pandita
Pengangkatan seorang Pandita diusulkan oleh Pengurus Cabang (Wihara / Kelenteng) melalui Pengurus Daerah (Kabupaten/Kotamadya) untuk diteruskan kepada Pengurus Wilayah (Propinsi) dan kemudian diproses oleh Pengurus Pusat Majelis Tridharma dengan berkoordinasi kepada Dewan Pandita dan Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) sesuai mekanisme yang berlaku.
DIMENSI PENGABDIAN PANDITA TRIDHARMA
Untuk mencapai tujuan pembinaan dan pelayanan umat Tridharma maka pengabdian seorang Pandita Tridharma seyogyanya dapat menyentuh berbagai aspek yang mempunyai dimensi :
- Keluarga Inti (orang tua dan anak) Tridharma
- Lingkungan Masyarakat Tridharma,
- Pemberdayaan Ekonomi Tridharma
- Peningkatan Pendidikan Tridharma
Ke 4 dimensi (sudut pandang) tersebutadalah PILAR /FONDASI yang akan memperkokoh Organisasi dan Komunitas Tridharma sebagai institusi keagamaan sekaligus kemasyarakatan dalam upaya pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara RI berdasarkan Pancasila & UUD 1945.