Sekolah Minggu Tridharma – Moggallana Menyelamatkan IbuNya
Disadur oleh Santinata Widjaja
Jaman dahulu kala, hiduplah seorang Biksu yang bernama Maha Moggallana. Ia merupakan salah seorang dari Sepuluh Murid Utama Buddha Gotama. Maha Moggallana adalah murid Sang Buddha dengan kesaktian satu tingkat dibawah Sang Buddha.
Pada suatu ketika, saat Maha Moggallana melihat dengan mata batinnya, bahwa ibunya yang telah meninggal dunia berjalan bersama dengan sekelompok hantu yang tengah kelaparan. Bermaksud untuk menolong ibunya yang telah meninggal dunia, ia pergi ke tempat alam ibunya lalu ia mengisi nasi ke dalam sebuah mangkuk untuk memberi makan ibunya. Siapa yang menyangka, begitu nasi akan disuapkan ke mulut ibunya, nasi tersebut berubah menjadi bara api yang amat panas membara. Maha Moggallana dengan menggunakan kesaktiannya mencoba berkali-kali, tapi setiap kali hendak masuk kemulut ibunya, nasi tersebut berubah menjadi bara api.
Maha Moggallana terkejut luar biasa, lalu kembali dan melapor kepada Sang Buddha. Sang Buddha berkata padanya, “Dosa ibumu terlalu berat, hanya dengan kekuatan satu orang, akan sulit untuk membebaskan penderitaan ibumu!”.
Lalu Maha Moggallana berlutut dihadapan Buddha, memohon kepada Sang Buddha sambil berlinang air mata, “Mohon Sang Buddha memberi petunjuk, bagaimana caranya agar bisa menolong ibu saya agar terbebas dari lautan penderitaan dan tidak bersama dengan hantu kelaparan lagi.”
Melihat usaha Maha Moggallana yang bersungguh-sungguh ingin berbakti dan membalas budi orang tuanya, maka dengan penuh Maha Maitri Karuna (Welas Asih) dan Maha Prajna (Bijaksana), Buddha Sakyamuni memberikan petunjuk kepada Maha Moggallana agar ia memberikan dana paramita kepada Para Arya Sangha dan setelah itu memohon Arya Sangha mengadakan suatu upacara guna menolong meringankan penderitaan ibunda tercintanya.
Sang Buddha menjawab, “Mengenai hal ini, dibutuhkan kekuatan para Suci di sepuluh penjuru, begitu sampai pada Hari Nya yaitu tepat pada Bulan Cit Gwee / Cioko / Ulambana, mewakili orang tua dari tujuh generasi dan orang tua sekarang yang berada dalam bencana / malapetaka, mempersiapkan bermacam-macam sayur dan buah-buahan, untuk dipersembahkan kepada Yang Berkebajikan di sepuluh penjuru, setiap orang berbuat kebajikan, di saat ini barulah bisa membebaskan penderitaan semua hantu kelaparan.”
Maha Moggallana merasa amat gembira dan dengan penuh rasa bakti segera melaksanakan petunjuk gurunya. Ia mempersembahkan dana paramita dari hasil Pindapatta-nya kepada Para Sangha dan kemudian memohon para Arya Sangha mengadakan suatu acara penyaluran jasa untuk menolong ibundanya.
Setelah menerima dana paramita dari Maha Moggallana, para Arya Sangha kemudian mengadakan upacara dengan membaca mantra, dharani dan paritta suci, yang mana semua jasa dan pahala dari upacara ini disalurkan kepada ibunda Maha Moggallana dan juga kepada makhluk-makhluk lain di tiga alam sengsara.
Sewaktu upacara dilaksanakan, terjadilah berbagai keajaiban, api neraka menjadi padam, segala penderitaan berubah menjadi kegembiran dankedamaian. Makhluk-makhluk di alam Neraka setelah menerima getaransuci hasil pembacaan dharani tersebut, terbebaslah mereka dari penderitaannya.
Ibunda Maha Moggallana segera tertolong dan tumimbal lahir di alam yang lebih baik, begitu pula makhluk-makhluk di tiga alam sengsara lainnya ikut menikmati hasil jasa dan pahala dari diadakannya upacara ini, sehingga merekapun dapat bertumimbal lahir ke alam lain sesuai dengan kondisi karmanya.
Ada lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur:
- Aku harus merawat mereka
- Aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka,
- Aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga,
- Aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan
- Aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia
(Sigalovada Sutta)
Sumber :
- http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com
- http://www.samaggi-phala.or.id
- Buku Riwayat Hidup Maha Moggallana By Hellmuth Hecker