Sakyamuni Buddha

SAKYAMUNI BUDDHA 釋迦牟尼佛

(SE JIA MOU NI FO).

Se Jia Muo Ni Fo dalam bahasa Sanskrit disebut Sakyamuni Buddha. Secara umum Sakyamuni Buddha disebut Ru Lai Fo 如来佛 (Ji Lay Hud – Hokkian ), dan hari lahirnya diperingati pada tanggal 8 bulan 4 Imlik.

Menurut sejarah, Sakyamuni Buddha adalah Sidharta Gautama atau yang kemudian lazim disebut sebagai Buddha Gautama. Sidharta lahir pada tahun 560 SM di sebuah negeri yang bernama : Kapilavastu dekat Nepal. Ayahnya adalah Raja Sidhodana dari Suku Sakya. Karena berasal dari Suku Sakya inilah maka kemudian beliau disebut sebagai Sakyamuni Buddha. Permaisuri Mahamaya sebelum melahirkan Sidharta, mimpi melihat seekor gajah putih memasukki rahimnya. Sang bayi Sidharta kemudian dilahirkan lewat pinggang sang ibu.

Seminggu setelah melahirkan, sang ibu, Dewi Mahamaya, meninggal dunia,dan beliau kemudian dibesarkan oleh bibinya Mahaprajapati. Dalam suatu upacara, ia kemudian diberi nama ” Sidharta ” yang berarti ” seseorang yang tujuannya telah tercapai “.

Pangeran muda ini hidup dalam kemewahan dan keagungan. Dan pada usia-nya yang ke -16, ia dikawinkan dengan puteri Yasodara, sepupunya sendiri. Selama 13 tahun ia menikmati madunya kehidupan berumah tangga, tanpa menyadari perubahan – perubahan keadaan yang membawa kesengsaraan di luar istana.

Pada usianya yang ke – 29 tahun, ia menemui 4 hal yang kemudian merubah sama sekali jalan kehidupannya. Pertama – tama ia melihat seorang tua renta yang duduk bersandar pada tongkatnya, kemudian seorang yang menderita sakit, sesosok mayat dan akhirnya seorang pendeta dengan jubah berwarna kuning berjalan tenang dan dengan wajah yang penuh kedamaian. Ketiga pemandangan yang pertama, menyadarkan sang pangeran akan kodrat alam yang tidak dapat diubah dan segala kesengsaraan yang menghantui manusia. Pemandangan ke-empat menunjukkan cara untuk menanggulangi segala penyakit di dunia dan mencapai ketentraman hidup. Ia menyadari bahwa hidup dengan menuruti nafsu dan kesenangan adalah tidak berguna. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan semua kemewahan duniawi untuk mencari”kebenaran” dan “kedamaian abadi”.

Baru saja keputusan yang penting itu diambil, ia mendengar tangisan putra-nya yang baru lahir. Ia menamainya “Rahula”, yang berarti “belenggu”, pada putranya itu, sebab ia menganggap kelahirannya lebih merupakan suatu “rintangan hidup” dari pada suatu “kebahagiaan”. Ini merupakan petunjuk yang jelas bahwa tekadnya untuk meninggalkan kehidupan berumah tangga telah bulat.

Enam tahun lamanya ia menjalankan hidup sebagai pertapa, berbagai kesulitan dan kesengsaraan serta cobaan telah dialaminya. Sampai akhirnya dalam semedinya dibawah pohon Bodhi, di hutan Buddha Gaya, ia memperoleh”pencerahan”. Pada waktu itu beliau berusia 35 tahun, dan sejak itu disebut sebagai Buddha Gautama.

Dalam bahasa Tionghoa, Sakyamuni disebut sebagai Ru Lai Fo 如来佛( Ji lay Hud -Hokkian ). Sebutan Ru Lai yang berarti “Dia yang datang” adalah terjemahan dari “Tathagata” yang merupakan salah satu sebutan buat Sakyamuni Buddha. Di dalam kelenteng – kelenteng Sakyamuni ditampilkan bersama – sama dengan O-mi Tuo Fo 阿彌陀佛 (Amitabha) dan Yao Si Fo 藥師佛 (Yok Su Hud), yang merupakan tiga serangkai yang punya kedudukan tertinggi dalam khasanah Dewata Buddhisme. Hari lahir Sakyamuni Buddha diperingati pada tanggal 15 bulan 4 Imlik yang secara umum disebut hari Waisak. Tapi di sebagian kelenteng, diperingati pada tanggal 8 bulan 4 Imlik **

dipetik dari buku Dewa Dewi Kelenteng 
hal 323 – 324 .

Sumber: Taysengbio Manado

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *