Lain Panci Lain Isi – Oleh: Suhana Lim

Lain Panci Lain Isi

Oleh: Suhana Lim

十五暝 Shíwǔ míng atau (Mandarin) atau Cap Go Meh (Hokkian) secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Cap = sepuluh, Go = lima, Meh = malam. Cap Go Meh sendiri adalah final curtain moment alias “penutupan” dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. For info, 元宵 Yuánxiāo jié adalah official name dari perayaan 十五暝 a.k.a Lantern Festival.

Pada perayaan 十五暝 di China, menggunakan makanan simbolis yaitu 汤圆 atau 元宵 alias ronde. Bentuk nya yang bulat/bundar dari 汤圆 dan mangkok salah simbol dari kebersamaan dan persatuan keluarga.

Lain padang lain belalang, lain panci lain isinya. Pada perayaan 十五暝, di sebagian kalangan komunitas Chinese, terutama di wilayah pesisir Jawa Tengah dan Timur, 汤圆 diganti dengan hidangan lontong plus plus, yang dikenal sebagai lontong Cap Go Meh. Hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.

Pada perjalanan sejarahnya, lontong Cap Go Meh pun bisa bervariasi antar daerah. Misalnya, di kawasan Chinese Jakarta, Semarang, maupun Surabaya. Di Jakarta, lontong Cap Go Meh biasanya menggunakan sayur lodeh sebagai teman menyantap lontong. Sementara, di kawasan lain bisa berbeda. Having said that, pakem nya harus ada lontong dan opor ayam, sambel goreng jeroan, sama kerupuk udang.

Lontong Cap Go Meh melambangkan asimilasi atau pembauran antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk asli di Jawa. Dipercaya pula bahwa lontong Cap Go Meh mengandung perlambang keberuntungan, misalnya lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang encer. Hal ini karena ada anggapan tradisional pada sebagian Chinese yang mengasosiasikan bubur sebagai makanan orang miskin. Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan panjang umur. Telur dalam kebudayaan apapun selalu melambangkan keberuntungan dan kelahiran, sementara kuah santan yang dibubuhi kunyit berwarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan.

Terdapat banyaknya versi cerita asal usul lontong Cap Go Meh, dibawah ini adalah salah satunya:

Konon, pada waktu Laksamana 郑和 Zhèng Hé (1371–1433 or 1435) mendarat di Semarang, beliau mengadakan lomba masakan makanan berkuah. Lomba diadakan pada tanggal 15 bulan 1 Imlek. Semua orang yang mendengar dan ingin mengikuti lomba dengan gembira sudah menyiapkan bahan-bahan masakan dari jauh-jauh hari.

Pada saat sehari sebelum perlombaan di mulai ada seorang Datuk yang baru mendengar ada lomba masakan makanan berkuah yang diadakan oleh Zhèng Hé, Datuk ini juga ingin mengikuti lomba tersebut. Karena keterbasan waktu yang hanya sehari, akhirnya beliau memasak dengan memasukkan semua bahan yang ada ke dalam kuah yang dimasaknya.

Keesokan harinya, dimulailah lomba masakan makanan berkuah, semua masakan yang dilombakan ditata rapi di atas meja panjang. Masakan berkuah pun beraneka ragam dari bahan yang murah sampai mahal. Zhèng Hé dengan pelan-pelan mencicipi satu persatu masakan di atas meja.

Tiba pengumuman pemenang, Sang Datuk bertanya bagaimana masakan beliau dan masuk peringkat ke berapa? Karena masakan Sang Datuk yang isinya campuran bahan-bahan masakan seperti lontong, telur, daging, ayam, rebung, dan sebagainya, Zhèng hé menyebutnya luàn tāng! Luàn tāng artinya: kuah yang isinya berbagai macam bahan masakan. Kemudian Zhèng hé memberitahu salah satu prajuritnya untuk mengumumkan peringkat keberapa masakan Sang Datuk: “汤第十五名 luàn tāng dì shíwǔ míng,” yang arti/terjemahannya:”masakan berkuah yang isinya berbagai macam bahan masakan ini adalah peringkat ke lima belas.”

Kebetulan prajurit yang mengumumkan ini adalah orang Hokkian, dengan lantang dia mengumumkan hasil peringkat masakan Sang Datuk dengan menggunakan bahasa Hokian “Luàn tāng cap go mia.”

Datuk dan orang-orang yang mendengar pun mengira Zhèng Hé memberi nama masakan kuah tersebut dengan nama “Lontong Cap Go Meh.” Jadi nama lontong Cap Go Meh adalah pelesetan/penyesuaian lidah lokal atas pengucapan “Luàn tāng cap go mia.”

Sejak saat itulah masakan Sang Datuk pun terkenal dengan nama Lontong Cap Go Meh, dan berlanjut hingga sekarang.

In the yesteryears, lontong Cap Go Meh biasanya hanya disantap pada saat perayaan Cap Go Meh yaitu 14 hari setelah Imlek atau tepatnya pada hari kelima belas bulan 1 penanggalan Imlek. Di jaman Now, hidangan ini kerap disajikan kapan saja, dimana saja oleh siapa saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *