Dewa Angin, Dewa Halilintar, Dewa Kilat dan Dewa Awan (Feng, Lei, Dian, Yun dan Yu).

Feng Shen (Hong Sin — Hokkian, Dewa Angin) adalah Malaikat yang mengatur peredaran angin. Ia sering disebut Feng Bo (Hong Pek, Pangeran Angin).

Banyak pendapat yang mengatakan siapa sesungguhnya Feng Bo ini. Ada anggapan bahwa jabatan Feng Bo dipegang salah satu dari Er-shiba Xiu (Dji-tjap-pat Siu — Hokkian) atau 28 bintang, yaitu bintang Qi (Shui Bao) dari kelompok Cang Long (Naga Hijau).

Tapi ada legenda lain yang menyebutkan bahwa Feng Bo adalah seekor naga yang bernama Fei Lian, pembantu Chi You si pemberontak yang akhirnya ditundukkan oleh kaisar Huang Di (Oei Tee — Hokkian), Setelah Chi You dikalahkan, Fei Lian kabur dikawasan selatan dan menimbulkan bencana di sana. Kaisar Yao, pengganti Huang Di, lalu memerintahkan pemanah sakti, Hou Yi, untuk menaklukkan sisa-sisa anak buah Chi You. Fei Lian dapat dikalahkan dan menyerah setelah terjadi pertempuran sengit, dimana Fei Lian mengeluarkan kesaktiannya dengan mendatangkan angin disertai pasir dan batu yang beterbangan.

Fei Lian berlutut dihadapan Hou Yi dan minta ampun atas segala kesalahannya. Ada juga sebuah sumber yang mengatakan bahwa Fei Lian adalah seekor naga penjelmaan dari seorang menteri yang jahat. pembantu Kaisar Zhou Wang pada masa akhir dinasti Shang atau Yin, dan gugur dalam pertempuran dengan tentara Zhou Wu Wang yang dipimpin oleh Jiang Zi Ya (Kiang Tju-gee — Hokkian). Sumber lain mengatakan Fei Lian digambarkan sebagai mahluk yang bertubuh seperti rusa, besarnya kira-kira sama dengan seekor macan tutul, kepalanya berbentuk kepala burung bertanduk ular, dan dapat menimbulkan angin besar sesukanya.

Yu Shi (I Su – Hokkian, Malaikat Hujan). Yu Shi atau disebut juga Yu Shen, bertugas mengatur peredaran hujan. Jabatan ini dipegang oleh bintang Bi (Yue Niao) dari kelompok tujuh bintang Bai-hu (Pekhouw — Hokkian, Macan Putih) dari Er-shi-ba Xiu.

Yu Shi dilukiskan dengan memakai baju perang bersisik kuning, bertopeng biru, dengan jambul kuning, berdiri di atas awan dengan membawa ember untuk menyiram air hujan ke bumi. Kadang kala ia juga digambarkan dengan membawa pinggan kecil di tangan kiri dan dalam pinggan itu terdapat seekor naga.

Sumber lain mengatakan Yu Shen adalah Chi Song Zi (Tjek Siong Tju – Hokkian), seorang dewa ahli pembuat hujan yang hidup pada jaman Kaisar Shen Nong (Sin Long – Hokkian, 2836 – 2698 SM). Pada masa itu terjadi Uncana kekeringan yang berat, Kaisar Shen Nong meminta bantuan Chi Song Zi untuk mendatangkan hujan. Ia meminta semangkok air putih dan kemudian memetik sebatang cabang di puncak sebuah gunung. Dicelupkannya ke dalam mangkok dan dipercikkan ke angkasa, sekejap mata turun hujan deras disertai dengan awan tebal. Sejak itu Chi Song Zi diangkat menjadi Dewa Hujan. Digambarkan dengan memegang mangkok mustikanya.

Yun Shen (In Sin – Hokkian, Malaikat Awan) Yun Shen disebut juga Yun Shi (In Su – Hokkian) bertugas menbarkan awan.

Lei Shen (Lui Sin – Hokkian, Malaikat Halilintar). Lei Shen juga disebut Lei Gong (Lui Kong – Hokkian, Datuk Geledek), bertugas membuat halilintar, menghukum orang yang suka berbuat jahat, gemar merusak dan menelantarkan barang-barang yang berguna, menginjak-injak bahan makanan dan palawija.

Dalam novel kenamaan Feng Shen Yan Yi (Hong Sin Yan Gi — Hokkian) disebutkan bahwa penguasa halilintar terdiri dari suatu kelompok, yang merupakan kementerian. Kelompok kementerian halilintar dan angin taufan itu terdiri dari beberapa pejabat. Yang pertama adalah Lei Zu (Lui Couw — Hokkian, leluhur geledek), kemudian Lei Gong (Lui Kong – Hokkian) atau pangeran geledek, Feng Bo (Pangeran Angin) Dian Mu (Tian Bo – Hokkian) yaitu ibu kilat, dan Yu Shi (Malaikat Hujan). Di dalam kelenteng biasanya Lei Zu diletakkan di tengah dengan diapit oleh keempat bawahannya itu di kiri dan kanan.

Siapakah sebenarnya Lei Zu? Dia tak lain dan tak bukan adalah Wen Zhong (Bun Tiong – Hokkian) atau Wen Tai Shi (Bun Thai Su – Hokkian) seorang jenderal yang gagah berani dari Maharaja Zhou Wang (Tiu Ong — Hokkian) pada jaman dinasti Shang. Karena kesetiaannya kepada Zhou Wang, Wen Zhong gugur dalam pertempuran melawan tentara Jiang Zi Ya dari dinasti Zhou. Setelah pertempuran selesai yang berakibat runtuhnya dinasti Shang (atau Yin) Jiang Zi Ya, berdasarkan mandat dari Maha Dewa Yuan Shi Tian Zun (Goan Si Thian Tjun — Hokkian), menganugerahi Wen Zhong sebagai kepala dari kementerian halilintar, yang bertugas mengatur peredaran angin dan hujan, dan perataan pembagian peredaran dan angin. Ulang tahun yang diperingati untuk Lei Zu adalah tanggal 24 bulan 6 Implik. Lei Zu atau Wen Zhong digambarkan sebagai bermata tiga yang menunggang seekor Qi Lin (Ki Lin – Hokkian) yang berwarna hitam.

Lei Gong atau Pangeran Geledek sering disalah tafsirkan sebagai Lei Zu padahal Lei Gong mempunyai rupa yang berlainan sama sekali dengan Lei Zu. Lei Gong berwujud jelek, hitam. bersayap kelelawar, dengan kaki yang mirip cakar, moncongnya berparuh seperti garuda, tangan kanannya memegang pahat dan yang lain memegang sebatang martil untuk memukul tambur-tambur yang tergantung di tubuhnya, untuk menimbulkan suara guruh. Menurut kepercayaan Tionghoa, suara guruh inilah yang mematikan, bukannya sambaran kilat.

Adalagi yang disebut putra geledek yaitu Lei Zhen Zi (Lui Cin Cu – Hokkian). Dia adalah putra pungut kaisar Wen Wang, yang kemudian diambil sebagai murid oleh Yun Zhong Zi (InTiong Cu — Hokkian). Lei Zhen Zi bersayap, bermuka hijau, hidungnya panjang dan melengkung, mempunyai taring. Lei Zhen Zi kemudian membantu Wen Wang yang dalam bahaya (karena akan dianiaya oleh Zhou Wang). Dalam peperangan untuk menumbangkan kerajaan Shang, Lei Zhen Zi membantu Jiang Zi Ya memimpin angkatan perang kerajaan Zhou.

Dian Shen (Tian Sin — Hokkian) Malaikat Kilat atau seringkali disebut Tian Mu (Tian Bo – Hokkian), Ibu Kilat, adalah istri Lei Gong, Sebelum Lei Gong mengeluarkan halilintarnya, Dian Mu lebih dulu menyorotkan cerminnya untuk melihat supaya halilintar tidak menghantam orang lain. Sorot cermin inilah yang menjadi kilat. Menurut kepercayaan kilat itu hasil sentuhan antara unsur Yin dan Yang dari kedua kaca yang dibawanya. Dian Mu dilukiskan sebagai wanita yang berpakaian warna-warni, yaitu biru, hijau, merah dan putih dengan membawa kaca Yin dan Yang dikedua belah tangannya. Pemujaan kepada Dewa-dewa Feng, Yu dan Yun ini rupanya mulai pada jaman dinasti Zhou, dan dilaksanakan oleh para pejabat tinggi yang memimpin upacara sembahyang. Sedangkan terhadap Lei dan Dian baru dimulai pada masa dinasti Han, secara resmi, oleh para pejabat pemerintah. Pada jaman dinasti Ming dan Qing pemujaan tetap dilakukan pada bulan kedua musim semi yaitu bulan 2 Imlik (JiGwee) dan bulan ke 2 musim gugur yaitu bulan 8 Imlik (Pwee — Gwee).

Pada masa dinasti Qing di Tainan, terdapat altar pemujaan untuk Feng, Yun, Lei dan Yu. Letaknya sekarang di Jl. Fu Xing Lu, (dimana terdapat RS. TBC). Di kelenteng Feng Shen Miao (Hong Sin Bio — Hokkian), Kuil Malaikat Angin, yang merupakan salah satu dari 8 kelenteng utama di Tainan, terdapat pemujaan Lei Gong, Dian Mu dan Yu Shi. Dahulu kalau ada orang pembesar dari Daratan Tiongkok yang datang ke Taiwan untuk memangku jabatan dan setelah itu kembali ke daratan atau pindah ke Iain tempat, selalu bersembahyang di Feng Shen Miao untuk meminta perlindungan agar selama bertugas dan dalam perjalanan pulang melintasi selat Taiwan tidak mendapat halangan. Hari She-jietnya Feng Bo (Raja Angin) adalah bulan 4 tanggal 16 Imlik, Lei Gong tanggal 24 bulan 6 Imlik. Sedang ketiga dewa lainnya bersama-sama diperingati pada tanggal 6 bulan 10 Imlik.

Sumber: Buku Dewa-Dewi Kelenteng, Yayasan Kelenteng Sampookong, Gedung Batu – Semarang, 1990

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *