Be Real, Be Objective, Be Professional – Oleh: Suhana Lim

Be Real, Be Objective, Be Professional - Oleh: Suhana Lim

Be Real, Be Objective, Be Professional

Oleh: Suhana Lim

“Hanya manusia alamiah (Tian Sen), dan welas asih (Che Pei), rajin & ulet(nu li), pengetahuan yang luas (che fui), dan lain-lain faktor kebaikan terhadap manusia, yang dapat mempelajari Feng Shui, bukan sembarangan, karena menyangkut karma perbuatan (ying guo).” begitu komentar salah seorang pembaca (Jong Suryo Kyncoro) di salah satu postingan saya belum lama ini.

Saya coba translate dalam versi pemahaman, perjalanan serta pengalaman yang terjadi pada diri sendiri all these decades.

Alamiah, dalam arti bersikap just the way we are apa adanya tanpa memakai topeng menjadi pribadi yang bukan diri kita yang sesungguhnya. Having said that, tentu saja tanpa melupakan untuk selalu meminimalkan kekurangan diri.

Welas asih, ini tentu saja adalah basic yang IMHO setiap human being perlu selalu pancarkan. Meski tidak mudah karena selalu saja ada faktor dari dalam diri dan luar yang memungkinkan kita sulit memancarkan welash asih nya 24/7 and 365. Jika kita ngotot (lebih parah kalau berpura-pura) untuk bisa setiap detik welas asih maka kita menjadi seseorang yang memakai topeng, jadi bertentangan dengan point sebelumnya (Alamiah). Lagipula, IMHO, as long as kita masih manusia biasa maka muna dan bohong lah kalau klaim bisa seperti dewa/i or malaikat.

Rajin & ulet, karakter ini tentu saja perlu dalam mempelajari dan menshare feng shui. In fact dalam semua profesi kita butuh kerajinan dan keuletan. Tanpa dua itu maka sulit untuk menjadi profesional yang berkinerja maksimal di bidang kita. Tak sedikit yang rajin nya ada, semangatnya mengebu-gebu. Tetapi kurang ulet, kurang sabar. Maunya serba instant, maunya langsung “sakti.” Akhirnya jadi beneran kuasai feng shui ngak, jadi dukun pun tanggung.

Pengetahuan luas, ini bisa jadi pedang bermata dua. Kalau tidak hati-hati dan atau salah menerjemahkannya maka akhirnya kita merasa harus makin banyak punya jurus baru jago. Jadi akhirnya banyak mau nya. Mau bisa ini itu, dan bikin derailed diri dari tujuan awal belajar feng shui. Percuma jadi Jack knows everything and knows a lot but master none! Tak guna juga menjadi “ensiklopedia” ilmu tetapi tak satu pun yang benar-benar di mastered. “Pengetahuan luas” dalam hal ini, IMHO, diterjemahkan sebagai kita menjadi “kaya” dengan pengalaman karena dari countless klien punya cases. Dengan begitu makin mengasah dan mempertajam feng shui (ilmu) kita.

Karma (ying guo). Yup kalau mengaitkan dengan kepercayaan dan atau konsep karma. Maka apapun bisa kita katakan sebagai “karma.” Having said that saya coba refrain untuk tidak mengaitkan dengan urusan kepercayaan. Tidak semua dari kita meyakini konsep karma. Karma disini saya terjemahkan sebagai kecocokan ba zi diri dengan bidang feng shui.

Selama puluhan tahun berkiprah di feng shui, tak sedikit ditanya dan didatengin oleh banyak orang. “Pak saya hobi, saya sudah punya basics, saya sudah master di bidang ini itu. Dan saya mau belajar feng shui. Gimana caranya? Apa bapak juga ngajar?” Begitu kira-kira statements and questions mereka. Jawaban dan saran saya selalu sama, “coba cek dulu apakah ba zi Anda memang cocok buat bidang feng shui. Kalau iya maka sudah good start dan silahkan. Jika tidak better do something else yang paling pas dengan ba zi Anda.”

Apakah saya jawab begitu karena khawatir akan banyak saingan? Tentu bukan, karena justru semakin banyak pihak yang “sehati, sepemikiran, sejalan,” tentu enak. Jadi gak sepi melakoni dan menjalani feng shui. Having said that, tentu saja yang juga sama-sama mempraktekan feng shui secara objektif, proporsional dan berlogika. Bukannya yang asal ber cap feng shui tetapi sebenarnya bukan. Bukan pula yang kebablasan dan over dalam mempraktekan feng shui sehingga sudah jauh dari nalar.

Melakukan feng shui (dan aktivitas apapun/lainnya) baiknya disesuaikan dengan energi pribadi alias ba zi kita. Agar jangan buang waktu tenaga pikiran dan uang. Coba amati, banyak sekali profesi yang sepi senyap. Kenapa? bukan karena mereka tidak pintar tetapi bukan tak mungkin pula karena salah bidang, salah jurusan. Makanya lebih banyak “tepok nyamuk.” Tentu sayang kalau sampai kita harus mengalami seperti ini. Tentu kasihan pula para klien atau pasien kalau ditangani oleh bukan orang yang paling tepat!

All these years, tak sedikit pula yang di awal-awal sampai middle term saja yang heboh dan seperti busa soda. Seliwat itu tidak kedengeran lagi. Ada yang karena tersangkut aneka problem, ada yang ketahuan belangnya, ada yang ganti kulit, ada pula yang mungkin sudah “nyerah,” dan aneka faktor serta kemungkinan lainnya. Akhirnya adios amigo dengan jalur feng shui.

Melakoni feng shui bukan cuma kesana kemari ketemu orang ngobrol-ngobrol, makan dan dibayar. Kalau motivasi mau di jalur feng shui karena hal tadi maka Anda salah. Better of jadi food tester saja.

Menjalani feng shui bukan pula karena angan-angan menjadi sosok super sakti yang bisa ini itu seperti di kisah beraroma misteri. Kalau harapannya begitu maka akan kuciwa. Praktisi feng shui pun adalah manusia biasa. Tetap punya masalah, tetap bisa sakit, tetap bisa ketemu problem rumah tangga, tetap dipusingkan dengan masalah membesarkan anak.

Be real, be objective, be professional!

 

Suhana Lim (Konsultan Feng Shui Internasional)

Suhana Lim
(Konsultan Feng Shui Internasional)

Website: www.suhanalimfengshui.com
Email: suhanalim@gmail.com
Facebook: Suhana Lim (url)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *